Telkomsel Gandeng PlusTik 'Sulap' Limbah Cangkang Simcard Jadi Perahu
PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) berkolaborasi dengan perusahaan rintisan (startup) pengelolaan sampah, Plustik, mendaur ulang limbah kartu perdana dan cangkang simcard berbahan plastik di wilayah Bali. Hasil akhirnya, limbah diolah menjadi perahu, blok trotoar atau pavement blocks, dan alat pemegang ponsel atau smartphone holder.
Upaya pengelolaan sampah merupakan bagian dari dukungan Telkomsel terhadap pembangunan berkelanjutan yang menjadi salah satu pembahasan utama pada forum G20.
Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki Hamsat Bramono mengatakan, sebagai langkah awal, operator telekomunikasi milik Grup Telkom ini mengumpulkan limbah cangkang simcard sejak dua bulan lalu dari seluruh operator telekomunikasi di wilayah Bali.
"Ada 3000 outlet di Bali yang menjual simcard. Kami meminta sales force (tenaga penjual) yang rutin mengantar simcard baru untuk sembari kumpulkan sampah simcard di setiap outlet," ujar Saki dalam peluncuran Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social ResponsibiLITY (CSR) 'Telkomsel Jaga Bumi' di Badung, Bali, Kamis (20/10).
Selanjutnya, sampah cangkang simcard dikumpulkan di salah satu gudang milik Plustik di Denpasar, Bali, untuk kemudian diolah menjadi barang baru. Beberapa di antaranya adalah pavement block, smartphone holder, bahkan perahu.
Ke depan, Saki menambahkan, Telkomsel berencana mengumpulkan sampah cangkang simcard dari 330 ribu outlet reseller di seluruh Indonesia.
Inisiatif mengelola sampah juga menjadi langkah konkrit Telkomsel sebagai pelaku industri yang menerapkan prinsip berkelanjutan yang mengacu pada prinsip environment, social and governance (ESG) pada setiap proses bisnis perusahaan.
Program Telkomsel Jaga Bumi merupakan salah satu inisiatif CSR yang membuka peluang bagi masyarakat agar dapat terlibat langsung dalam menjaga kelestarian bumi melalui upaya-upaya kolaboratif.
“Salah satunya yang menjadi perhatian Telkomsel adalah permasalahan atas dampak pengelolaan sampah plastik," tegasnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2021, total sampah plastik Indonesia mencapai 11,6 juta ton. Menurut porsinya, sampah plastik menyumbang sebesar 17% dari total sampah nasional yang mencapai 68,5 juta ton.
Founder dan CEO PlusTik Reza Hasfinanda mengatakan pihaknya mengapresiasi inisiatif Telkomsel untuk mengurus limbah produksinya sendiri, di tengah pihak lain yang sibuk menyelesaikan masalah limbah botol plastik.
"Saat ini masih pilot project, ke depan kami akan terus lanjutkan," ujarnya.
Dalam prosesnya, PlusTik mengolah limbah plastik menjadi perahu yang akan digunakan oleh para nelayan. Kemudian, memproduksi pavement blocks yang akan digunakan untuk kebutuhan renovasi pembangunan fasilitas gedung baru di masa mendatang.
Sementara itu, produk smartphone holder hasil daur ulang juga didistribusikan kembali ke outlet-outlet reseller dan digunakan untuk display smartphone.
PlusTik merupakan startup yang mempunyai tujuan untuk mengurangi sampah plastik rendah nilai tanpa dipilah dari tempat pembuangan akhir (TPA). Kemudian, menggunakan sampah plastik rendah nilai tersebut untuk dijadikan barang baru yang tidak sekali pakai.
PlusTik kini beroperasi di TPA Galuga Bogor dan mengambil sampah plastik rendah nilai hingga 5 ton perharinya.