Anies Sebut Potensi Kerugian Perubahan Iklim Capai Rp 540 Triliun
Bakal calon presiden (Bacapres) dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim di Indonesia capai Rp 540 triliun, berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Kerugian tersebut terjadi akibat perubaha iklim pada 2o20-2024.
Anies menyampaikan, perubahan iklim tersebut berdampak kepada 146 juta masyarakat rentan miskin yang berada di wilayah perairan dan pesisir. Selain itu, terdapat 170 juta masyarakat adat yang diperkirakan terdampak krisis alam
"Selain itu, anak-anak dan lansia juga akan ikut merasakan dampak dari perubahan iklim. Jadi, prediksinya di 2020-2024 itu ada kerugian ekonomi sebesar Rp 540 triliun akibat kenaikan suhu," ujar Anies dalam acara Indonesia Energy Transition Dialogue 2023, di Jakarta, Senin (18/9).
Anies mengatakan, simulasi NASA juga memorekirakan akan terjadi kenaikan suhu 1,5-2 derajat celciuspada 2050 jika pemerintah tidak melakukan intervensi konkrit.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga memperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami kerugian sebesar 30% dari produk domestik bruto (PDB) karena kenaikan suhu di 2050. Adanya kerugian tersebut akan berdampak pada usaha di sektor ekonomi menengah ke atas hingga ke pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Efek dari perubahan iklim ini lintas kalangan manusia. Jadi, kita sudah saatnya melakukan pergeseran pemakaian energi. Kami lebih memilih energi yang memanusiakan, bukan hanya terbarukan," ujar Anies.
Simulasi yang sama juga menyebutkan jika 50% habitat terancam punah di tahun 2050. Bencana alam pun diperkirakan meningkat, di mana 98% bencana di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi.
Untuk itu, Anies menilai transisi energi menjadi hal yang penting bagi Indonesia guna mengatasi perubahan iklim. Dia pun menekankan pada lima pilar gagasan untuk menuju energi yang memanusiakan alias memastikan kehidupan yang layak dalam memitasi perubahan iklim.
Adapun lima pilar akselerasi transisi energi yang telah diususng oleh Anies yaitu, pertama yaitu menekankan pada tata kelola yang holistik dan berkesinambungan. Kedua, ialah pentingnya kolaborasi antar pemerintah dengan stakeholder dalam merealisasikan suatu investasi.
"Pendekatan kolaborasi misalnya yaitu, dengan kerja sama proyek panas bumi. Tanpa adanya solusi dengan kerja sama pemerintah dan swasta, makn hal ini akan sulit maju kedeannya, karena kan investasi panas bumi itu biayanya mahal dan berisiko tinggi," ujar Anies.
Selanjutnya, pilar ketiga yang diusung Anies untuk menuju energi baru terbarukan dan memanusiakan yaitu, inovasi pendanaan dengan memanfaatkan potensi sumber energi bersih yang ada di dalam negeri. Dia menilai, harus ada diplomasi yang baik dari pemerintah untuk menarik investasi guna memitigasi krisis iklim.
"Bila diplomasi kita berikan porsi yang baik, maka kita bisa memanfaatkan potensi dunia untuk advokasi agenda-agenda domestik terkait energi," tuturnya.
Sedangkan untuk pilar keempat dia menyebutkan yaitu, masyarakat yang usahanya bergantung di sektor petambangan akan meraasakan betul dengan adanya transisi energi.
Anies menekankan, untuk pilar terakhir atau kelima yaitu harus adanya intervensi dalam permintaan dan pasokan energi yang terukur dari pemerintah, “Menurut hitungan kami, sekitar satu juta orang yang pekerjaanya bergantung pada sektor batu bara. Bila melakukan transisi, maka harus dipikirkan betul mereka akan dipindahkan kemana nantinya?,” kata dia.
Dia menyampaikan, pihaknya sudah melakukan komitmen dan bersiap dalam melanjutkan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang sudah dikerjakan oleh pemerintahan sebelumnya. Bahkan dia mengatakan komitmen tersebut akan menjadi bagian dari kampanyenya.
“Lingkungan hidup itu tidak sekadar tema untuk pengetahuan, tapi ini juga mereka tema untuk dilaksanakan. Jadi itu komitmen kita dalam kampanye juga akan kami sampaikan ini," kata dia.