Jakarta Masuk Daftar Kota dengan Hari Terpanas Terpanjang di Dunia

Hari Widowati
9 November 2023, 18:43
Jakarta dan Tangerang bahkan mengalami heat streaks selama 17 hari, menjadikan kedua kota ini bersama New Orleans dari Amerika Serikat (AS) berada di urutan kedua dalam daftar kota-kota dunia dengan hari terpanas beruntun.
123RF.com/filmfoto
Jakarta dan Tangerang bahkan mengalami heat streaks selama 17 hari, menjadikan kedua kota ini bersama New Orleans dari Amerika Serikat (AS) berada di urutan kedua dalam daftar kota-kota dunia dengan hari terpanas beruntun.

Studi terbaru Climate Central menunjukkan suhu global mengalami kenaikan lebih dari 1,3 derajat Celcius pada hari ini, Kamis (9/11). Jakarta dan Tangerang bahkan mengalami heat streaks selama 17 hari, menjadikan kedua kota ini bersama New Orleans dari Amerika Serikat (AS) berada di urutan kedua dalam daftar kota-kota dunia dengan hari terpanas beruntun. Kota Houston di AS menduduki peringkat teratas dengan hari terpanas selama 22 hari beruntun.

Climate Central menyebut suhu global kembali mencatat rekor baru dalam 12 bulan terakhir, mulai dari November 2022 hingga Oktober 2023. Di Indonesia, Climate Central menganalisis 14 kota. Hasilnya, sembilan dari 14 kota itu mengalami hari terpanas beruntun (heat streaks).

Di dalam pantauan kota tersebut, Indeks Pergeseran Iklim (Climate Shift Index/CSI) mencapai tingkat maksimum yaitu 5. Nilai itu menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan kemungkinan panas ekstrem setidaknya lima kali lipat lebih mungkin terjadi.

Selain catatan heat streaks, Jakarta bersama 27 kota besar lainnya di dunia mencatat angka maksimal dalam perhitungan Indeks Pergeseran Iklim, yakni 5 dari 5. Sebaliknya, Dhaka di Bangladesh mencatat Indeks Pergeseran Iklim paling rendah, yakni sebesar 2,1 dari 5.

Dampak Iklim Paling Parah Terjadi di Khatulistiwa

Berdasarkan perhitungan Indeks Pergeseran Iklim, Indonesia menempati urutan teratas di antara negara-negara G20 dengan angka rata-rata 2,4 melampaui Arab Saudi (2,3) dan Meksiko (2,1). Di 170 negara, suhu rata-rata 1,3 derajat Celcius selama rentang waktu tersebut melebihi ukuran dalam 30 tahun terakhir.

Sebanyak 7,8 miliar jiwa alias 99% populasi Bumi mengalami suhu hangat di atas rata-rata. Hanya Islandia dan Lesotho yang mencatat suhu lebih dingin daripada biasanya.

"Rekor 12 bulan ini persis seperti yang kita harapkan dari iklim global yang dipicu oleh emisi karbon," kata Andre Pershing, Wakil Presiden Bidang Sains di Climate Central. Rekor ini akan terus terjadi pada tahun depan, terutama ketika El Nino semakin meningkat dan memperlihatkan dampaknya.

Meskipun dampak iklim paling parah terjadi di negara-negara berkembang khatulistiwa, AS, India, Jepang, dan Eropa juga menyaksikan gelombang panas ekstrem yang dipicu perubahan iklim. "Dengan kenaikan suhu global rata-rata mencapai 1,3 derajat Celcius, saya khawatir kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius akan terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan pada 2030," ujar Edvin Aldrian, Peneliti BRIN sekaligus Penulis IPCC Report.

Menurut Edvin, ada faktor-faktor alam seperti fenomena El Nino atau posisi matahari yang mendekati Bumi yang menyebabkan hal ini. Namun, aktivitas manusialah yang paling banyak memengaruhi kenaikan suhu global.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...