Kematian Akibat Cuaca Panas Berpotensi Naik 370%, Siapa Paling Rentan?

Tia Dwitiani Komalasari
15 November 2023, 16:04
Warga menghalau sinar matahari dengan pakaiannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (22/10/2019). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami panas selama kur
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga menghalau sinar matahari dengan pakaiannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa (22/10/2019). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami panas selama kurang lebih satu minggu dengan suhu mencapai 37 derajat Celcius, dikarenakan matahari berada dekat dengan jalur khatulistiwa.

Penyakit dan kematian akibat cuaca panas meningkat seiring dengan pemanasan global. Para ahli memperkirakan lonjakan  kematian akibat cuaca panas setiap tahun mencapai 370% pada pertengahan abad ini jika suhu dunia mencapai 2 derajat Celsius, di atas tingkat pra-industri.

Temuan ini merupakan kesimpulan penelitian 100 ahli lebih dari 52 lembaga penelitian berbeda dan badan-badan PBB termasuk Organisasi Kesehatan Dunia. Hal ini memperdalam kekhawatiran atas dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh panas.

Temuan Jurnal Medis Lancet menyatakan rata-rata suhu pemanasan global masih sekitar 1,1 derajat celciu pada 2022. Pada suhu tersebut, orang rata-rata mengalami kondisi yang mengancam kesehatan selama sekitar 86 hari di tahun tersebut.

Kelompok Paling Rentan

Orang yang berusia di atas 65 tahun adalah kelompok yang paling rentan terhadap kenaikan suhu. Kematian akibat kenaikan suhu pada kelompok ini naik 47% dalam satu dekade terakhir, dibandingkan dengan jumlah orang yang meninggal pada periode 1991 hingga 2000.

Sebuah penelitian awal tahun ini menunjukkan bahwa sekitar 61.000 orang kemungkinan meninggal selama gelombang panas Eropa pada musim panas 2022.

“Kita menanggung akibatnya dengan nyawa,” kata direktur eksekutif laporan, Marina Romanello, mengenai tidak adanya tindakan dunia terhadap perubahan iklim seperti dikutip dari Reuters, Rabu (15/11).

Dampak Sosial

Laporan Lancet merupakan laporan kedelapan yang menilai bagaimana perubahan iklim mempengaruhi hasil kesehatan secara global. Dalam laporan tersebut, paparan panas diperkirakan telah menyebabkan hilangnya 490 miliar jam kerja pada 2022. Angka tersebut naik hampir 42% dari periode tahun 1991 hingga 2000.

Gelombang panas yang lebih sering terjadi juga dapat menyebabkan kerawanan pangan bagi 525 juta orang pada pertengahan abad ini. Konferensi perubahan iklim tahunan PBB, COP28, di Dubai pada akhir bulan ini akan fokus pada dampak kesehatan untuk pertama kalinya.

Sekitar 46 juta profesional kesehatan telah meminta presiden COP28 untuk mendorong penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...