Polemik Sultan Al Jaber, Presiden COP28 yang Juga Bos Migas Raksasa
Posisi Sultan Al Jaber menjadi Presiden Konferensi Iklim PBB COP28 menuai polemik. Pasalnya, Al Jaber merupakan CEO Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi, ADNOC.
Padahal, sejumlah negara tengah mendesak terjadinya kesepakatan penghentian bahan bakar fosil pada COP28. BBC dan Centre for Climate Reporting (CCR) pada Senin (27/11), bahkan membocorkan dokumen pengarahan yang dipersiapkan Jaber, menunjukkan adanya rencana untuk mendiskusikan kesepakatan bahan bakar fosil dengan 15 negara.
Tuduhan tersebut langsung ditolak Sultan Al Jaber, pada Rabu (29/11). Dia menolak tuduhan bahwa negara tuan rumah yakni Uni Emirat Arab (UEA) berencana untuk mendiskusikan gas alam dan kesepakatan-kesepakatan komersial lainnya dalam agenda tersebut.
"Tuduhan-tuduhan ini salah, tidak benar, tidak tepat, tidak akurat, dan ini adalah upaya untuk melemahkan pekerjaan kepresidenan COP28," ujar Jaber dalam sebuah konferensi pers, yang merupakan pernyataan publik pertamanya setelah laporan BBC, dikutip dari Reuters, Kamis (30/11).
Setelah mendapatkan tuduhan tersebut, Jaber memastikan dan berjanji kepada khalayak tidak akan membahas atau mendiskusikan kesepakatan bisnis terkait bahan bakar fosil dalam acara COP28.
"Saya berjanji, saya tidak pernah melihat poin-poin pembicaraan yang mereka rujuk atau bahkan menggunakan poin-poin pembicaraan seperti itu (bahan bakar fosil) dalam diskusi saya,” kata dia.
Pertama Kalinya dalam Sejarah COP
Agenda COP28 akan berlangsung 30 November 2023 hingga 12 Desember 2023. Pemilihan Jaber untuk memimpin COP28 telah menuai kritik dari para aktivis iklim. Mereka khawatir ia tidak akan dapat mengambil sikap netral yang dibutuhkan oleh seorang presiden COP.
Pasalnya, Jaber memegang sejumlah jabatan senior di pemerintahan dan bisnis, termasuk kepala eksekutif perusahaan minyak raksasa Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC). Dia juga memimpin perusahaan energi masa depan Abu Dhabi atau yang dikenal sebagai Masdar.
Tak hanya itu, dia juga seorang menteri kabinet. UEA adalah produsen minyak mentah utama dan anggota terkemuka Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak.
Jaber telah menampilkan dirinya sebagai mediator antara kedua belah pihak yang berselisih mengenai bahan bakar fosil, dengan keinginan yang sehat untuk melibatkan industri minyak dan gas dalam perdebatan iklim.
Hal tersebut memang unik, karena untuk pertama kalinya presiden COP28 tahun ini adalah seorang eksekutif perusahaan migas. Dia akan mengambil peran utama pada pertemuan puncak iklim PBB.
Untuk diketahui, COP28 merupakan upaya negosiasi dari para menteri iklim negara-negara di dunia dalam mencapai kesepakatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim tahun ini.
Acara tersebut berkaitan dengan penghapusan bertahap bahan bakar fosil yang menghasilkan karbon dioksida (CO2) cukup tinggi. Seperti diketahui, negara-negara di dunia termasuk Indonesia sedang berupaya untuk beralih ke energi bersih agar mencapai target nol emisi bersih atau net zero emission.
Uni Eropa merupakan salah satu negosiator paling ambisius dalam perundingan iklim tahunan PBB, di mana hampir 200 negara merundingkan upaya-upaya untuk memerangi pemanasan global.