Bank Mandiri Salurkan Kredit Rp 253 Triliun ke Sektor Berkelanjutan
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi mengatakan pihaknya telah menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan sebesar Rp253 triliun atau 24,9 persen dari total kredit yang disalurkan hingga Kuartal III-2023.
Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah menembus Rp 122 triliun, setara dengan 12 persen dari total penyaluran kredit di periode yang sama.
Menurut Darmawan, realisasi tersebut merupakan komitmen Bank Mandiri dalam mendorong pembiayaan berkelanjutan.
"Hasilnya, Bank Mandiri kini menjadi pemimpin industri dengan pangsa lebih dari 30 persen di sektor ramah lingkungan," ujar Darmawan dalam acara Mandiri Sustainability Forum 2023 di Jakarta, Kamis (8/12).
Ke depan, dirinya menegaskan bahwa Bank Mandiri berkomitmen untuk menjadi yang terdepan dalam rencana pemerintah menjalankan transisi rendah karbon.
Darmawan mengatakan, perseroan turut mengambil bagian dalam perdagangan karbon pertama di Indonesia pada September 2023. Langkah itu mendukung upaya pemerintah dalam membentuk mekanisme pasar guna mencapai target pengurangan gas rumah kaca.
Bank Mandiri juga mengambil berbagai langkah ambisius dalam tujuan operasional untuk mencapai operasi emisi nol bersih (net zero) pada 2030. Untuk mencapai target tersebut, Bank Mandiri memanfaatkan upaya digitalisasi melalui platform Livin' dan Kopra.
Di sisi lain, Darmawan menyebutkan, Perseroan pun melakukan upaya netral karbon melalui pemasangan panel surya, berinvestasi pada kendaraan listrik sebagai mobil operasional, mengembangkan pelacakan karbon digital, dan mentransformasikan kantor cabang fisik.
"Sejak tahun 2021, kami telah menutup lebih dari 200 cabang," katanya menambahkan.
Bisnis Berbasis ESG Jadi Prioritas Masa Depan
Sementara itu, hasil riset Mandiri Institute menyatakan 71 persen perusahaan terbuka meyakini praktik bisnis yang menerapkan prinsip keberlanjutan environment, social, and governance (ESG) akan menjadi prioritas pada masa depan.
Meski demikian, hanya 57 persen dari perusahaan terbuka yang menyadari pentingnya pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) atau penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga tahun 2030.