Di COP28, Erick Thohir Ungkap Peran Mangrove sebagai Blue Carbon
Di perhelatan KTT Iklim COP28, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) ad Interim Erick Thohir memaparkan langkah Indonesia dalam mengelola dan melestarikan mangrove. Mangrove atau tanaman bakau memiliki peran signifikan dalam pengendalian perubahan iklim dunia.
"Mangrove sangat penting bagi Indonesia mengingat manfaatnya bagi lingkungan dan masyarakat, serta kemampuannya memperkuat ketahanan pesisir. Sebagai solusi berbasis alam, mangrove turut serta dalam mengendalikan perubahan iklim dengan berperan sebagai paru-paru dunia melalui penyerapan dan penyimpanan blue carbon," ujar Erick Thohir dalam sesi COP28 bertajuk 'Delivering Global Action on Mangrove Restoration and Protection' di Dubai, pada Sabtu (9/12).
Erick mengungkapkan, mangrove memberikan sejumlah manfaat, antara lain melindungi pantai, keanekaragaman hayati yang tinggi, dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui ekowisata dan penetapan harga karbon. "Kemampuan ekosistem mangrove dalam menyerap dan menyimpan karbon dengan kepadatan yang melebihi hutan tropis telah menarik perhatian dunia. Di Indonesia, ekosistem mangrove mampu menangkap 3,3 giga ton CO2," ujar Erick.
Kemampuan mangrove untuk menangkap karbon itu setara dengan 3,36 juta hektare kawasan mangrove dengan potensi valuasi ekonomi mencapai US$16,5 juta. Sejak 2020, Indonesia telah menanam lebih dari 265 juta mangrove.
Namun, pemerintah Indonesia tidak bisa melakukan hal ini sendirian. Perlu peran dari sektor swasta untuk mengkatalisasikan program restorasi dan konservasi mangrove di seluruh dunia.
"Menciptakan inovasi dan pendanaan berkelanjutan sangatlah penting. Dalam hal investasi, minat masyarakat terhadap ekosistem karbon biru berpotensi mencapai US$10 juta, yang berasal dari korporasi dan investor," tuturnya.
Percepatan Restorasi Mangrove
Mulai tahun ini, pemerintah akan mempercepat restorasi 75.000 ha lahan mangrove dan konservasi seluas 400.000 ha yang ditargetkan selesai pada 2024.
Ia menambahkan, bisnis yang produktif dan berkelanjutan memiliki peran vital dalam menciptakan mekanisme pasar jangka panjang untuk membuktikan bahwa mangrove lebih bernilai saat hidup dibandingkan dengan saat rusak.
Dalam forum tersebut, Erick menyatakan Indonesia berpengalaman dalam model bisnis ekosistem mangrove. Misalnya, karbon biru, budidaya perikanan yang berkelanjutan, dan pengembangan perikanan yang menghasilkan keuntungan finansial sekaligus membangun masyarakat pesisir yang tangguh dan bermanfaat bagi lingkungan.
Indonesia menyadari pentingnya upaya kolektif dan solusi terkoordinasi dengan negara-negara di seluruh dunia untuk melestarikan dan mengelola mangrove. Sejauh ini, Indonesia telah mendirikan 30 pusat pembibitan untuk mendukung restorasi mangrove. Salah satunya adalah G20 Mangrove Showcase di Bali.
"Kami berharap dengan kolaborasi dengan banyak pihak memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi dunia kita. Untuk saat ini dan masa depan melalui pengelolaan mangrove," ujarnya.