Ilmuwan Teliti Dampak Mikroplastik di Lautan
Sebuah tim ilmuwan internasional yang bekerja di sebuah kapal penelitian di lepas pantai Panama sedang meneliti dampak dari mikroplastik yang mencemari lautan. Setiap tahun diperkirakan ada 33 miliar pon atau sekitar 16,5 juta ton sampah plastik dunia yang masuk ke lautan.
"Kami sedang menjelajahi sesuatu yang belum pernah dijelajahi," kata Alvise Vianello, seorang profesor kimia di Universitas Aalborg di Denmark, kepada CBS News. "Ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami."
Dalam kasus ini, jarum tersebut adalah mikroplastik yang ada di lautan. Menurut kelompok konservasi nirlaba Oceana, sampah plastik yang masuk ke lautan itu akhirnya terurai menjadi fragmen-fragmen kecil yang disebut sebagai mikroplastik.
Sebuah studi pada tahun 2020 menemukan 1,9 juta keping mikroplastik di area seluas 11 kaki persegi di Laut Mediterania. "Mikroplastik adalah pecahan plastik kecil yang berukuran kurang dari 5 milimeter," kata Vianello.
Para peneliti mencoba mengisi bagian yang hilang dari teka-teki mikroplastik. "Saya ingin tahu apa yang terjadi pada mereka saat mereka masuk ke dalam lautan. Sangat penting untuk memahami bagaimana mereka bergerak dari permukaan ke dasar laut," kata peneliti Laura Simon dari Aalborg University.
Sekitar 70% sampah laut tenggelam ke dasar laut, tapi kita hanya tahu sedikit tentang dampaknya. Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Maret oleh 5 Gyres Institute memperkirakan bahwa saat ini terdapat 170 triliun potongan plastik di lautan. Angka tersebut menunjukkan ada lebih dari 21.000 potongan plastik untuk setiap orang di planet ini.
Vianello menjelaskan beberapa jenis ikan yang kita makan, seperti tuna, ikan todak, dan sarden, dapat menelan mikroplastik ini.
Dia mengatakan bahwa data yang dikumpulkan oleh para peneliti ini dapat membantu kita untuk lebih memahami bagaimana mikroplastik mempengaruhi segala hal. Antara lain, kemampuan laut untuk mendinginkan bumi hingga kesehatan manusia.
Para ilmuwan melakukan penelitian mereka di atas kapal milik Schmidt Ocean Institute, sebuah lembaga nirlaba yang didanai oleh mantan CEO Google, Eric Schmidt, dan istrinya, Wendy.
Keluarga Schmidt mengizinkan para ilmuwan menggunakan kapal ini tanpa biaya - tapi ada syaratnya. Mereka harus berbagi data dengan ilmuwan lain di seluruh dunia.
"Dan semua pengetahuan yang diperoleh selama bertahun-tahun tentang polusi plastik, saya pikir, mulai mengubah pikiran orang," kata Vianello. Ini mungkin karena banyak hal yang kita anggap sekali pakai tidak pernah benar-benar hilang.