2023 Tahun Terpanas dalam 100.000 Tahun Terakhir

Tia Dwitiani Komalasari
10 Januari 2024, 07:13
Sejumlah bocah bermain di area persawahan yang mengering akibat musim kemarau di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
ANTARA FOTO/Arnas Padda
Sejumlah bocah bermain di area persawahan yang mengering akibat musim kemarau di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa mengatakan 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat di bumi. Ilmuwan juga memprediksi 2023 kemungkinan merupakan tahun terpanas di dunia dalam 100.000 tahun terakhir.

Para ilmuwan telah memperkirakan tonggak sejarah ini setelah rekor iklim berulang kali dipecahkan. Sejak Juni 2023, setiap bulan telah menjadi rekor terpanas di dunia dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

“Ini merupakan tahun yang sangat luar biasa, dalam hal iklim, dengan tingkat tersendiri, bahkan jika dibandingkan dengan tahun-tahun yang sangat hangat lainnya,” kata Direktur C3S, Carlo Buontempo, dikutip dari Reuters, Rabu (10/1).

C3S memastikan 2023 sebagai tahun terpanas dalam catatan suhu global sejak tahun 1850.  Buontempo mengatakan, tahun lalu juga "sangat mungkin" merupakan tahun terpanas dalam 100.000 tahun terakhir, ketika dibandingkan dengan catatan data paleoklimatik dari sumber seperti lingkaran pohon dan gelembung udara di gletser.

Pada 2023, rata-rata suhu bumi lebih hangat 1,48 derajat celcius dibandingkan periode pra-industri tahun 1850-1900. Periode pra-industri merupakan masa ketika manusia mulai membakar bahan bakar fosil dalam skala industri, sehingga memompa karbon dioksida ke atmosfer.

Negara-negara sepakat dalam Perjanjian Paris 2015 untuk mencoba mencegah pemanasan global melebihi 1,5C. Hal itu dilakukan untuk menghindari konsekuensi yang paling parah.

Dunia belum mencapai target tersebut – yang mengacu pada rata-rata suhu global sebesar 1,5 derajat Celcius selama beberapa dekade – tetapi C3S mengatakan bahwa suhu telah melampaui tingkat tersebut pada hampir separuh hari pada  2023 dan merupakan “preseden yang mengerikan”.

Profesor Perubahan Iklim di Universitas Newcastle Hayley Fowler mengatakan tahun pemecahan rekor ini menggarisbawahi perlunya bertindak “sangat mendesak” untuk mengurangi emisi.

“Kecepatan perubahan dalam dunia politik dan keinginan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca tidak sebanding dengan kecepatan perubahan cuaca ekstrim dan pemanasan,” katanya.

Di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga melaporkan bahwa 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...