Kelebihan Baterai Mobil Listrik LFP Dibandingkan yang Berbasis Nikel
Baterai litium besi fosfat atau baterai LFP (lithium ferrophosphate) sempat disebut calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka saat melempar pertanyaan kecawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskadar, pada Debat Keempat Pilpres kemarin, Minggu (21/1). Lalu bagaimana keunggulan LFP dengan baterai mobil listrik yang menggunakan bahan baku nikel?
“Paslon nomor 1 dan tim suksesnya sering menggaungkan LFP, lithium ferrophosphate, saya enggak tahu ini Paslon 01 ini anti nikel atau gimana, mohon dijelaskan?" kata Gibran saat Debat Keempat Pilpres, di JCC, Jakarta, Minggu (21/1).
Muhaimin kemudian merespons pertanyaan Gibran dengan mengatakan perlunya etika dalam berdiskusi. Dia menjelaskan komitmen Anies dan Muhaimin untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
“Etika itu adalah etika lingkungan, apapun yang menjadi kebijakan kita menyangkut produksi pengambilan tambang, sumber daya alam, juga apapun yang kita gunakan seluruh potensi bangsa ini, rujukannya adalah etika lingkungan,” kata Muhaimin.
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo menggalakkan program hilirisasi nikel sebagai salah satu bahan baku baterai lithium ion untuk kendaraan listrik. Kebijakan hilirisasi membatasi ekspor komoditas tersebut terutama bijih nikel.
Di sisi lain, sejumlah produsen kendaraan listrik mulai menggunakan baterai LFP yang tidak menggunakan nikel. Langkah tersebut salah satunya untuk mengantisipasi harga nikel yang melonjak sejak digunakan untuk bahan baku mobil listrik.
Data Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan penggunaan LFP untuk mobil listrik baru mencapai 27% pada 2022. Namun, cakupan penggunaan ini naik signifikan dari 7% pada 2018.
Sedangkan penggunaan nikel untuk komponen baterai mobil listrik pada 2022 masih sebesar 66%. Namun, cakupan baterai berkandungan nikel tinggi turun dari 78% pada 2022. Ini menunjukkan pangsa pasar LFP terus meningkat sementara baterai nikel tinggi tergerus.
Keunggulan dan Kekurangan Baterai LFP
IEA mencatat sekitar 95% LFP diproduksi Cina. Pabrikan mobil listrik asal negara yang sama, BYD, mendominasi penggunaan LFP hingga 50% dari total permintaan baterai tersebut. Sementara, Tesla berkontribusi sebesar 15% dari total permintaan.
Berikut keunggulan dan kelemahan baterai LFP yang mulai dilirik produsen kendaraan listrik dikutip dari laman Eco Tree Lithium, Senin (22/1).
Kelebihan baterai LFP
1. Pemakaian lebih lama
Dibandingkan dengan baterai litium dan baterai asam timbal lainnya, baterai LFP memiliki masa pakai lebih lama. Baterai LFP bisa digunakan untuk lebih dari 2000 hingga 10.000 siklus pengisian. Itu berarti baterai bisa digunakan sekitar 5-15 tahun, tergantung intensitas pemakaiannya
2. Relatif lebih aman
Baterai LFP menggunakan teknologi baru yang tidak memerlukan perawatan, efisiensi pengisian daya lebih baik, dan pengosongan daya lebih baik.
LFP memiliki stabilitas kimia dan termal yang jauh lebih baik. Baterai ini cenderung tidak mudah terbakar dibandingkan baterai litium-ion, meskipun salah menggunakannya.
3. Kapasitas lebih besar
Dibandingkan dengan baterai asam timbal dan baterai lithium-ion lainnya, baterai LFP memiliki kapasitas yang jauh lebih besar antara 5AH dan 1000AH.
Kelemahan Baterai LFP
Meskipun banyak keunggulan dibandingkan baterai lithium lainnya, berikut kelemahan baterai berbasis LFP;
1. Harga lebih mahal
Baterai LFP memiliki berat sepertiga dari baterai timbal-asam. Secara material harga lebih mahal dibanding lithium ion.
2. Kepadatan energi lebih rendah
LFP atau LiFePO4 memiliki kepadatan energi yang lebih rendah. Fitur ini membuatnya tidak cocok untuk perangkat elektronik kecil namun sangat cocok untuk RV, perahu bass, kereta golf, sepeda motor listrik, dan sistem energi surya;
3. Tidak berfungsi dengan baik pada suhu rendah
Baterai ini tidak berfungsi dengan baik pada suhu rendah dan memerlukan perlindungan dan perawatan lebih. Kisaran suhu pengoperasian -20°C hingga 60°C.