Baterai LFP Terbanyak Dipakai Mobil Listrik Cina, Wuling hingga BYD
Perusahaan kendaraan listrik dunia mulai menggunakan baterai lithium ferrophosphate sebagai alternatif baterai lithium ion yang menggunakan bahan baku nikel. Penggunaan baterai LFP tersebut didominasi oleh mobil listrik produksi Cina.
Menurut Data Badan Energi Internasional (IEA), penggunaan baterai lithium ion masih lebih banyak digunakan dibandingkan LFP. Pada 2022, penggunaan LFP untuk mobil listrik hanya 27%, sementara baterai lithium ion yang berbasis nikel mencapai 78%.
Namun, permintaan baterai LFP terus meningkat setiap tahunnya. Hal itu terlihat jika membandingkan porsi penggunaan baterai LFP yang hanya sekitar 7% pada 2018.
IEA mencatat sekitar 95% LFP diproduksi Cina. Hal itu termasuk mobil listrik asal tirai bambu, BYD, yang mendominasi penggunaan LFP hingga 50% dari total permintaan baterai tersebut.
Selain BYD, Tesla juga mulai menggunakan LFP sejak 2021. Penggunaan LFP Tesla meningkat dari 20% dari total mobil yang diproduksi pada 2021, menjadi 30% pada 2022.
“Diversifikasi bahan kimia baterai sangat penting untuk pertumbuhan kapasitas jangka panjang, untuk lebih mengoptimalkan produk kami untuk berbagai kasus penggunaannya dan memperluas basis pemasok kami,” tulis pengumuman Tesla, dikutip dari Spglobal.com, Senin (22/1).
Dilirik Produsen Mobil Listrik Eropa
Baterai LFP pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996, jadi tidak heran baterai jenis ini sudah dikenal di pasar kendaraan listrik. Jenis baterai berbahan baku besi ini ditemukan oleh kelompok penelitian John Bannister Goodenough di Universitas Texas.
Produsen mobil Eropa seperti VW dan Stellantis juga menyatakan minatnya menggunakan LFP pada tahun lalu. Begitu juga produsen mobil Amerika Utara seperti Ford dan Rivian.
Stellantis ingin memakai baterai lithium iron phosphate (LFP) buatan CATL guna mendukung produksi kendaraan listrik di Eropa.
“MoU yang terjalin dengan CATL tentang baterai LFP menjadi salah satu unsur penting dalam strategi jangka panjang kami untuk melindungi kebebasan mobilitas bagi kelas menengah di Eropa," ujar CEO, Stellantis, Carlos Tavares dikutip dari Antara.
Sebagai bagian dari rencana strategis Dare Forward 2030, Stellantis menargetkan porsi penjualanmobil listrik penumpag berbasis baterai hingga mencapai 100% di Eropa. Sementara penjualan mobil penumpang dan truk berukuran kecil BEV hingga 50% di Amerika Serikat pada 2030.
Memiliki masa pakai yang awet dan stabilitas termal yang tinggi, teknologi LFP dipercaya dapat mendukung Stellantis menawarkan mobil listrik yang bermutu tinggi dan terjangkau.Nantinya Stellantis akan memproduksinya dalam bentuk kendaraan penumpang, crossover dan SUV pada segmen B dan C.
Sementara itu, Adamas Intelligance menyatakan lebih dari 85% baterai LFP yang digunakan di pasar global kendaraan listrik diproduksi oleh Tiongkok pada 2022. Amerika Serikat menjadi pengimpor baterai LFP terbesar, diikuti oleh India, Inggris dan Jerman.