Perubahan Iklim Jadi Ancaman Terbesar pada 2024

Tia Dwitiani Komalasari
24 Januari 2024, 11:33
Petugas melakukan fogging atau pengasapan di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/12/2023). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut bahwa perubahan iklim berdampak terhadap peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) dimana, pada Januari hi
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/YU
Petugas melakukan fogging atau pengasapan di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/12/2023). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut bahwa perubahan iklim berdampak terhadap peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) dimana, pada Januari hingga November 2023 tercatat ada 76.449 kasus DBD dengan 571 kasus kematian.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Etika Karyani, menyampaikan perubahan iklim (climate change) menjadi ancaman terbesar pada 2024.

Selain itu, menurutnya, dinamika politik dan serangan siber (cyber attack) berada di urutan berikutnya sebagai ancaman pada tahun 2024.

“Di 2024 ini climate change itu menjadi risiko tertinggi, kemudian ada satu lagi risiko yang meningkat itu adalah masalah politik, cyber risk (serangan siber) itu masuk ke peringkat kelima,” ujar Etika dalam acara Outlook Ekonomi Sektor- Sektor Strategis oleh Core Indonesia di Jakarta, Selasa (23/1).

Untuk sektor jasa keuangan, Etika mengatakan terdapat tiga isu utama yang akan mempengaruhi, diantaranya tahun politik yang berpotensi meningkatkan konsumsi dan menahan investasi, serta era suku bunga tinggi yang berpotensi menahan pertumbuhan kredit.

“Yang menarik di tahun politik ini adalah konsumsi naik, tapi investasi tertahan. Dan suku bunga mungkin tetap tinggi di 6 persen, BI baru merencanakan menurunkan suku bunga di kuartal I-2024,” ujar Etika.

Kemudian, menurutnya, pemulihan pascaCOVID-19 berpotensi akan meningkatkan aktivitas dan konsumsi masyarakat.

“Endemi COVID- 19 ini ada peluang bagi industri keuangan karena ada potensi meningkatnya aktivitas dan konsumsi,” ujar Etika.

Etika memprediksi Bank Indonesia akan mengikuti penurunan suku bunga jika bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menurunkan tingkat suku bunga acuannya.

“Kalau The Fed menurunkan di kuartal I-2024, mungkin BI akan merubah kebijakannya. Tapi, juga ada lain yang perlu dipertimbangkan yaitu inflasi, inflasi harus 1,5 sampai 3,5 persen sesuai target,” ujar Etika.

Namun demikian, penurunan suku bunga acuan tidak serta merta membuat industri perbankan di tanah air menurunkan tingkat suku bunganya

“Mereka butuh waktu untuk menurunkan suku bunga, paling suku bunga perbankan baru turun di akhir 2024 atau 2025,” ujar Etika.


Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...