KLHK Ungkap Penyebab Pasar Karbon Indonesia Masih Lesu

Rena Laila Wuri
20 Maret 2024, 09:46
Ilustrasi diskusi pasar karbon
Katadata
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Laksmi Dhewanthi berbicara dalam diskusi Expanding Indonesia's Carbon Market yang diselenggarakan Indonesian Business Council (IBC) dan Katadata, di Jakarta, Selasa (19/3).
Button AI Summarize

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK) menilai pengembangan ekosistem pasar karbon harus diikuti dengan komitmen Indonesia dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Hal ini karena ekosistem pasar karbon di Indonesia masih belum optimal. 

“Kita tidak akan pernah bisa meningkatkan kapasitas ekositem pasar karbon kita kalau kita tidak meningkatkan upaya mitigasi perubahan iklim,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian LHK, Laksmi Dhewanthi dalam acara Expanding Indonesia's Carbon Market: Opportunities for Growth and Sustainability, di Jakarta, Selasa (19/3).

Pasar karbon adalah alat untuk pencapaian target penurunan emisi seperti yang dikomitmenkan di Nationally Determined Contribution (NDC) setiap negara.  Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan target emisi 31,89 persen dengan usaha sendiri, dan 43,20 persen dengan bantuan internasional pada 2030.

Ia mengatakan Indonesia memiliki lima fokus sektor dan subsektor yang didorong untuk berpartisipasi dalam mitigasi perubahan iklim dan pengurangan emisi GRK. Dari lima sektor tersebut, masing-masing sudah punya peta jalan, rencana aksi hingga target pengurangan emisi yang dicapai.

“Target-target dan base line inilah yang akan menentukan mekanisme nilai ekonomi karbon mana yang akan digunakan masing-masing sektor,” ucapnya.

Setiap sektor bisa memilih mekanisme kerja sama atau nilai ekonomi karbon yang akan digunakan. Seperti, melalui perdagangan emisi, offset emisi, pembayaran berbasis kinerja, melalui pungutan atas karbon atau pajak karbon dan mekanisme lainnya.

Laksmi mengatakan Indonesia telah melakukan inventarisasi gas rumah kaca sejak 2009. Dengan demikian, kita bisa mengetahui berapa banyak emisi GRK yang bisa dikurangi.

Pada 2022, Indonesia khususnya di sektor kehutanan berhasil menurunkan mencapai 42%. Ini menunjukkan keberhasilan Indonesia melakukan mitigasi perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca.

“Maka potensi untuk melakukan perdagan karbon atau mekanisme nilai ekonomi karbon lainnya itu akan meningkat,’ ujar dia.

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...