Apa Itu Cloud Seeding, Modifikasi Cuaca yang Disebut Picu Banjir Dubai

Rena Laila Wuri
18 April 2024, 14:15
Petugas TMC memasukan garam ke tabung penampung garam atau consul dalam pelaksanaan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang menggunakan pesawat CN 295 di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (3/1/2020). Operasi tersebut bertujua
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Petugas TMC memasukan garam ke tabung penampung garam atau consul dalam pelaksanaan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang menggunakan pesawat CN 295 di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (3/1/2020). Operasi tersebut bertujuan untuk mengurangi curah hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) sebagai upaya penanggulangan banjir.
Button AI Summarize

Cuaca ekstrem dan curah hujan menyebabkan banjir melanda Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), pada Selasa (16/4). Penyemaian awan (cloud seeding) dari modifikasi cuaca yang dilakukan pemerintah setempat dituding menjadi penyebab curah hujan tinggi berujung banjir di Dubai.

Cloud seeding adalah teknologi yang memanipulasi awan sehingga membantu menghasilkan lebih banyak hujan. Teknik ini dilakukan dengan menaburkan mineral garam di atas awan dengan bantuan pesawat. Setelah itu, uap air kemudian akan bertambah dan lebih mudah mengembun sehingga dapat berubah menjadi hujan.

Teknologi ini umumnya dilakukan saat kondisi angin, kelembaban, dan debu tidak cukup untuk menyebabkan hujan.

Benarkah Cloud Seeding Sebabkan Banjir Dubai?

Banyak pakar menuding hujan deras yang menyebabkan banjir di Dubai disebabkan karena cloud seeding. Tetapi ada juga pakar yang membantah modifikasi cuaca tersebut di balik hujan ekstrem yang terjadi di Dubai.

Pasalnya, UEA telah beberapa kali menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk menambah curah hujan di negara gurun tersebut beberapa tahun terakhir. Selain itu modifiksi cuaca dilakukan untuk membantu mengatasi kekurangan air.

Namun, beberapa pengguna media sosial tetap mengaitkan cuaca ekstrem yang terjadi di Dubai dengan operasi penyemaian awan baru-baru ini di negara tersebut.

Meskipun begitu, para ahli mengatakan bahwa modifikasi cuaca nampaknya hanya akan berdampak kecil pada badai.

“Bahkan jika  cloud seeding memang mendorong awan di sekitar Dubai mengeluarkan air, atmosfer kemungkinan besar akan membawa lebih banyak air dan membentuk awan, karena perubahan iklim”, kata Dr Friederike Otto, dosen senior ilmu iklim di Imperial College London, seperti dikutip dari BBC, Kamis (18/4).

Kepala Ilmu Lingkungan dan Geofisika di Universitas Khalifa di Abu Dhabi, Diana Francis, mengatakan penyemaian awan umumnya digunakan ketika kondisi angin, kelembaban, dan debu tidak cukup untuk menyebabkan hujan. Sedangkan, pada minggu lalu, para peramal telah memperingatkan risiko banjir yang tinggi di seluruh Teluk.

Dampak Perubahan Iklim

Dubai terletak di pantai Uni Emirat Arab (UEA) yang dikenal sebagai wilayah yang sangat kering. Curah hujan di Dubai dalam setahun rata-rata kurang dari 100 mm.

Sementara di kota Al-Ain yang letaknya 100 km dari Dubai, rata-rata curah hujan dalam setahun sekitar 256 mm.

Saat ini, para ilmuwan juga tengah mengukur seberapa besar dampak perubahan iklim terhadap banjir di Dubai. Ahli meteorologi di Universitas Reading, Maarten Ambaum, mengatakan peristiwa curah hujan tinggi di Dubai tersebut sangat jarang terjadi. 

Maarten yang mempelajari pola curah hujan di wilayah Teluk mengatakan bahwa kawasan tersebut memiliki periode tanpa hujan yang lama dan kemudian terjadi curah hujan yang lebat dan tidak teratur. 

Dia mengatakan, ilmuwan masih belum dapat mengukur secara pasti seberapa besar peran perubahan iklim. Hal ini memerlukan analisis ilmiah menyeluruh terhadap faktor alam dan manusia, yang dapat memakan waktu beberapa bulan.

"Namun rekor curah hujan konsisten dengan perubahan iklim," ujarnya.

Richard Allan, Profesor Ilmu Iklim di Universitas Membaca, mengatakan udara yang lebih hangat dapat menahan lebih banya kelembapan, sekitar 7% lebih banyak untuk setiap kenaikan suhu setiap derajat celcius. Pada akhirnya, hal ini dapat meningkatkan intensitas hujan.

“Intensitas hujan mencapai rekor tertinggi, namun hal ini konsisten dengan pemanasan iklim, dengan lebih banyak kelembapan yang tersedia untuk memicu badai dan membuat curah hujan lebat serta banjir semakin besar,” kata Richard Allan.

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa curah hujan tahunan dapat meningkat hingga sekitar 30% di sebagian besar wilayah UEA pada akhir abad ini karena suhu dunia terus memanas.

“Jika manusia terus membakar minyak, gas, dan batu bara, iklim akan terus memanas, curah hujan akan semakin deras, dan manusia akan terus kehilangan nyawa akibat banjir,” kata Dr Friederike Otto, dosen senior ilmu iklim di Imperial Perguruan Tinggi London.

Reporter: Rena Laila Wuri

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...