Menteri LHK Ingatkan Tren Biaya Pemulihan Lingkungan Terus Naik
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, mengingatkan biaya pemulihan lingkungan akan terus meningkat. Dengan demikian, dibutuhkan strategi sistematis jangka panjang untuk menghadapinya, termasuk mendorong pemulihan wilayah kritis di Pulau Jawa dan Sumatera.
"Tren saat ini menunjukkan bahwa biaya pemulihan lingkungan akan semakin meningkat akibat eksternalitas, mitigasi risiko, dan dampak yang ditimbulkannya. Kita perlu membangun strategi sistematis jangka panjang untuk menekan hal ini," kata Menteri LHK Siti Nurbaya saat membuka pertemuan antar Kementerian/Lembaga (K/L) membahas penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPPLH) di Jakarta, Kamis (2/5).
Siti Nurbaya mengatakan salah satu fokus dilakukan pemulihan adalah wilayah di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Pasalnya wilayah tersebut memiliki kondisi kritis yang membutuhkan fokus bersama dan strategi terpadu.
Selain itu, dia mengatakan, pemerintah juga fokus menjaga ekosistem alam di wilayah Indonesia bagian timur yang secara umum kondisinya masih terjaga dan menjadi modal berharga.
"Di saat yang sama kita perlu membangun kapasitas sumber daya manusia, kelembagaan, regulasi, dan sistem tata kelola yang tepat di wilayah ini," ujar Menteri Siti Nurbaya.
Dia mengatakan, keberadaan aturan terkait PPPLH penting karena merupakan salah satu proses menentukan kebijakan melestarikan fungsi lingkungan hidup. Hal ini juga dapat mencegah terjadi pencemaran dan kerusakan alam.
Indonesia Kehilangan Hutan Primer Tropis
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak kehilangan hutan primer tropis (humid tropical primary forest) dalam dua dekade terakhir. Hal ini tercatat dalam laporan Global Forest Review dari World Resources Institute (WRI).
WRI mendefinisikan hutan primer tropis sebagai hutan berusia tua yang memiliki cadangan karbon besar dan kaya akan keragaman hayati.
Berikut daftar 10 negara yang paling banyak kehilangan hutan tersebut selama periode 2002-2022:
- Brasil: 29,5 juta hektare
- Indonesia: 10,2 juta hektare
- Rep. Demokratik Kongo: 6,3 juta hektare
- Bolivia: 3,7 juta hektare
- Malaysia: 2,8 juta hektare
- Peru: 2,5 juta hektare
- Kolombia: 1,9 juta hektare
- Kamboja: 1,4 juta hektare
- Paraguay: 1,1 juta hektare
- Laos: 1 juta hektare
Angka kehilangan hutan yang dicatat WRI ini mencakup area hutan primer tropis yang mengalami deforestasi serta degradasi. Deforestasi adalah perubahan lahan hutan menjadi non-hutan secara permanen, seperti menjadi perkebunan atau permukiman.
Kemudian degradasi adalah penurunan fungsi atau kerusakan ekosistem hutan, baik yang disebabkan aktivitas manusia maupun peristiwa alam.