Kelola Sampah, Nestle Berkomitmen Kurangi Penggunaan Resin dan Plastik
Nestle Indonesia berkomitmen mengolah sampah yang dihasilkan perusahaan baik itu setelah produksi ataupun sisa produk yang telah dikonsumsi oleh masyarakat. Untuk pengembangan kemasan, Nestle tidak akan menggunakan resin dan plastik baru untuk kemasan produknya.
Faiza Anindita, Sustainable Packaging Manager, Nestle Indonesia, mengatakan dalam hal pasca-produksi, perusahaan memastikan semua sampah dan limbah yang dihasilkan dikelola secara bertanggung jawab.
"Kalau di pabrik sendiri, kami ada empat pabrik di Indonesia: ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung. Kalau sampah organik itu kami kelola sendiri menjadi kompos," ujar Faiza dalam Talkshow Jelajah Solusi: Kelola Sampah Melalui Harmoni Multisektoral, yang ditayangkan di Youtube Katadata, Selasa (25/6).
Untuk sampah anorganik, seperti sampah sisa kantor, yaitu kertas dikelola secara scrap buyer. Sejak dilakukan pada tahun 2018, kebijakan tersebut membuat perusahaan tidak lagi membuang sampah ke TPA hingga saat ini.
Faiza menyebutkan untuk pasca-konsumsi, perusahaan melakukan tiga langkah, yaitu pengembangan kemasan, mendukung infrastruktur pengelolaan sampah dan mempromosikan gaya hidup. Untuk pengembangan kemasan, perusahaan berkomitmen untuk tidak menggunakan resin dan plastik baru dalam produknya.
Ia mencontohkan, sejak 2020 semua kemasan UHT Nestle sudah tidak menggunakan plastik lagi. "Jadi, bagaimana kita mengurangi penggunaan resin dari plastik baru. Contohnya, sejak 2020 semua kemasan UHT kami, sedotannya sudah berubah menjadi kertas," ujarnya.
Faiza melanjutkan, perusahaan juga mendorong adanya daur ulang dengan mendukung infrastruktur pengelolaan sampah. "Kami punya TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk mengelola sampah rumah tangga. Kami juga punya 14 TPS 3R lainnya di Jawa Timur, Jawa Barat, dan lainnya," kata Faiza.
Perusahaan juga melaksanakan tanggung jawab sosial dengan melakukan promosi gaya hidup atau bijak bersampah. Dengan mensinergikan antara pengelolaan sampah dan konsumen, masyarakat dapat mengelola sampah mulai dari rumah tangga.
Promosi ini dilakukan degan cara menempatkan sepuluh waste station yang bekerjasama dengan Hero Supermarket dan Hypermarket.
"Jadi, konsumen sembari belanja bisa setor sampah, lalu ada voucher yang bisa didapatkan. Voucher itu bisa dibelanjakan lagi di supermarketnya," ucapnya. Dengan begitu, diharapkan masyarakat dapat memiliki kebiasaan untuk memilah sampah rumah tangga secara sadar dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan.