Puncak Emisi Karbon Diprediksi Terjadi pada 2030
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan puncak terjadinya emisi karbon di Indonesia bisa tercapai pada tahun 2030. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, berharap puncak emisi karbon pada 2030 itu bisa tercapai sehingga target net zero emission (NZE) pada 2060 dapat terealisasi.
"Sebetulnya kita sudah ditargetkan puncak emisi 2030, jangan sampai ini bergeser ke 2035, dimana kalau bergeser lagi, nanti (target NZE) nggak tercapai dong 2060," ujar Eniya dalam Green Economy Expo, Kamis (4/7).
Menurutnya, jika puncak emisi karbon meleset menjadi 2035 maka terdapat selisih yang cukup besar untuk dapat mencapai NZE 2060. Jika itu terjadi maka dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk dapat menekan emisi karbon yang ada di Indonesia.
Eniya menyebut, sampai dengan saat ini pemerintah tengah berusaha mendorong penggunaan energi bersih dalam mencapai titik maksimal puncak karbon di 2030. Dengan demikian, realisasi penurunan emisi bisa mencapai target 993 juta ton CO2 equivalent.
"Ini akan terus-menerus kita upayakan. Paling kalau biasa jalan terjal ke atas sangat susah ya, memang ini susah nih pada saat kita ingin menurunkan emisi, tetapi masih ada pemakaian emisi sampai 2030," ujarnya.
Dia mengatakan, strategi yang dilakukan Kementerian ESDM saat ini adalah meningkatkan akselerasi penggunaan natural gas dahulu dibarengi dengan percepatan pembangunan pembangkit EBT. Selain itu, pemerintah juga mendorong industri agar dapat menggunakan energi yang bersumber dari EBT di guna menekan produksi karbon.
"Di samping itu kita juga mendorong tumbuhnya industri untuk akselerasi memakai energi terbarukan," ucapnya.