Luhut Beberkan Potensi Perairan RI, Kabel Laut hingga Karbon Biru
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, membeberkan potensi laut Indonesia yang sangat besar. Namun demikian, laut Indonesia belum dieksplorasi secara maksimal.
Luhut mengatakan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi sumber daya maritim yang besar dan lokasi yang yang strategis. Indonesia memiliki mega biodiversity dengan kurang lebih 8.500 biota laut, potensi produksi perikanan berkelanjutan sebesar 12 juta ton per tahun, serta potensi produksi perikanan laut lebih dari 50 juta ton/tahun.
Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki potensi kabel laut sepanjang 115.000 km yang mendukung arus digitalisasi nasional maupun global. Di bidang keberlanjutan, laut Indonesia memiliki potensi karbon biru dan energi baru terbarukan.
Namun demikian, saat ini kontribusi Industri maritim masih sangat rendah berdasarkan perkiraan BPS dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Indonesia perlu mengeksplorasi dan memanen sumber daya maritim secara berkelanjutan terutama dalam pendekatan ekonomi biru.
“Indonesia berkomitmen melakukan tindakan konkrit untuk melindungi laut kita, melalui pertanian rumput laut skala besar dengan mekanisasi dan teknologi, program rehabilitasi 600.000 hektar mangrove juga penanganan sampah plastik di laut dengan target sebesar 70% hingga akhir tahun 2025,” ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam The Global Dialogue On Sustainable Ocean Development sekaligus menghadiri peluncuran Ocean Accounts Indonesia di Sanur, Bali, Jumat (5/7).
Luhut mengatakan, Ocean Accounts yang diluncurkan hari ini dapat memungkinkan kita mengukur laut berdasarkan nilai moneternya dilihat dari ekosistem laut, jasa dan tren degradasi.
“Indonesia mengambil langkah perintis menuju pengelolaan berkelanjutan melalui Ocean Accounting,” kata Menko Luhut.
Indonesia juga telah menggagas beberapa platform global dan nasional untuk laut berkelanjutan dan ekonomi biru yang menyatukan multi stakeholder seperti G20 Bali Global Blended Finance, National Blue Agenda Actions Partnership (NBAAP), Archipelagic and Islan States Forum (AIS Forum) dan Ocean 20 (O20) yang sekarang memiliki keterlibatan dalam G20.
“Hal ini membutuhkan upaya kolaboratif internasional, Lautan kita bukan hanya tanggung jawab kita, Lautan adalah garis hidup kita. Sekarang saatnya beraksi," kata Luhut.
Keanekaragaman Hayati Masa Depan Dunia
Di tempat terpisah, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Nunu Anugrah, mengatakan keanekaragaman hayati menjadi masa depan dunia baik dari segi untuk mencapai net zero emission (NZE) dan juga ekonomi.
Nunu mengatakan, Indonesia memiliki predikat yang cukup membanggakan mengenai biodiversity atau keanekaragaman hayati. Sebagai contoh, Indonesia memiliki beragam hayati yang endemik atau hanya ada di Tanah Air.
Menurut Nunu, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan yang besar jika memiliki metode yang tepat dan menjaga tingkat keanekaragaman hayati yang endemik. KLHK berupaya meningkatkan pemanfaatan dan bisnis keanekaragaman hayati dengan pengelolaan yang tepat.
"Jadi kalau di konteks bisnis keanekaragaman hayati maka yang sedang berjalan misalnya, KLHK memperdagangkan kehidupan liar dengan prinsip kehati2an ada basis kuota," ucapnya.
Dalam konteks jasa, KLHK mempunyai skema perizinan ekowisata, jasa lingkungan dan termasuk multiusaha perhutanan. Skema tersebut semuanya berada di sebuah lansekap perhutanan. Adapun, pada lansekap pertanian yang terdapat di hutan juga diatur bagaimana tingkat keberlanjutan daripada agrikultur.
"Kemudian di konteks lain termasuk hasil hutan bukan kayu yang sedang berkembang sekarang karena value ekonominya bagus itu bio prospeks, kalau dulu dari individu kemudian bergeser karena ada bagian dari individu," ujarnya.