Indonesia Mulai Terkena La Nina, Bisa Berdampak pada Tanaman Pangan

Image title
15 Juli 2024, 14:39
Kondisi sawah yang terendam banjir di Desa Cigubugan, Lebak, Banten, Kamis (2/5/2024). Menurut data desa setempat, banjir yang terjadi sejak Rabu (1/5/2024) malam tersebut merendam sawah seluas 30 hektare diantaranya mengalami gagal panen.
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/foc.
Kondisi sawah yang terendam banjir di Desa Cigubugan, Lebak, Banten, Kamis (2/5/2024). Menurut data desa setempat, banjir yang terjadi sejak Rabu (1/5/2024) malam tersebut merendam sawah seluas 30 hektare diantaranya mengalami gagal panen.
Button AI Summarize

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dampak fenomena La Nina kini sudah terasa. Fenomena La Nina tersebut akan berdampak pada sejumlah komoditas pertanian yang membutuhkan kondisi kering.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, mengatakan bulan ini La Nina belum menunjukkan eksistensinya. Namun, dampaknya sudah kemana-mana dan menyebabkan musim kemarau menjadi lebih pendek.

"Kita sekarang merasakan langit sering mendung dan turun hujan," ujarnya dikutip dari Antara, Senin (15/7).

Eddy mengatakan, La Nina akan mencapai puncak pada Oktober atau November 2024 mendatang. Fenomena La Nina kali ini diprediksi berlangsung hingga akhir Februari atau awal Maret 2025.

Menurutnya, kemunculan La Nina membuat puncak musim kemarau di Indonesia yang terjadi pada Agustus dan September 2024 cenderung basah.

"Puncaknya kemarau pada Agustus dan September akan diimbangi dengan mulai menguatnya La Nina pada saat itu. Jadi, tidak ada efek kemarau yang panas," kata Eddy.

Berdampak pada Pangan

Eddy mengatakan, fenomena La Nina bisa berdampak ke pertanian. La Nina menyebabkan limpahan air berlebihan ke lahan-lahan pertanian sehingga bisa terendam banjir. Hal ini bisa mempengaruhi angka produksi pangan.

Hal senada dikatakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melihat, Dwikorita Karnawati, yang mengatakan kondisi La Nina dapat berdampak pada sektor pertanian yang mengandalkan musim kemarau untuk dapat meningkatkan produktivitasnya.

Dwikorita mengatakan, musim kemarau di Indonesia pada tahun ini akan disertai oleh fenomena La Nina. Hal ini menyebabkan terjadinya hujan disaat kemarau.

"Intensitas hujan di sejumlah wilayah Indonesia tetap turun meskipun semakin intensif menjadi semakin basah kondisinya kalau la nina," ujar Dwikorita, dikutip dari situs BMKG, Senin (15/7).

Koordinator Bidang Analisis Varietas Iklim BMKG, Supari mengatakan musim kemarau tahun ini tidak terlalu kering dan bahkan cenderung lebih basah. Musim kemarau tahun ini mungkin tidak begitu cocok untuk tanaman-tanaman yang sensitif terhadap curah hujan misalnya tembakau.

"Biasanya ditanam di musim kemarau tapi tahun ini karena kemaraunya sedikit lebih basah akan menjadi gangguan," ujar Supari.

Apa itu La Nina?

La Nina merupakan kejadian anomali iklim global yang ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut atau sea surface temperature di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.

Kondisi ini biasanya diikuti dengan berubahnya pola sirkulasi walker atau sirkulasi atmosfer arah timur barat yang terjadi di sekitar ekuator. La Nina dapat mempengaruhi pola iklim dan cuaca global.

Kondisi La Nina ini dapat berulang dalam beberapa tahun sekali dan setiap kejadian dapat bertahan sekitar beberapa bulan hingga dua tahun.

La Nina memberikan dampak yang beragam di wilayah Indonesia, terutama dampak terhadap curah hujan bulanan dan musiman. Pada bulan Juni-Juli-Agustus, La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Pada September-Oktober-November, La Nina berpengaruh pada meningkatnya curah hujan di wilayah tengah hingga timur Indonesia. Sementara pada Desember-Januari-Februari, dan Maret-April-Mei (MAM), La Nina berpengaruh pada meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia bagian timur. Peningkatan curah hujan saat La Nina umumnya berkisar 20-40% lebih tinggi dibandingkan curah hujan saat tahun Netral.

Namun, terdapat juga beberapa wilayah yang mengalami peningkatan curah hujan lebih dari 40%. Pada periode puncak musim hujan pada Desember-Januari-Februari, La Nina tidak memberikan dampak peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian tengah dan barat sebagai akibat interaksinya dengan sistem monsun.

Bencana yang mungkin terjadi saat La Nina secara umum adalah bencana-bencana hidrometeorologi. Dengan adanya peningkatan curah hujan saat La Nina, kemungkinan bencana yang dapat terjadi adalah banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, bahkan badai tropis.




Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...