IESR: Konsumsi BBM Kualitas Tinggi Bisa Kurangi 50% Polusi

Image title
5 Agustus 2024, 17:57
Media Workshop “Tekan Emisi, Perbaiki Kualitas Udara: Kebijakan Baru Subsidi BBM”
Fauza Syahputra|Katadata
Media Workshop “Tekan Emisi, Perbaiki Kualitas Udara: Kebijakan Baru Subsidi BBM”
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Peningkatan kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia dinilai menjadi salah satu cara paling efektif untuk mengurangi polusi udara di Indonesia dalam jangka pendek. Konsumsi BBM di Indonesia masih didominasi bahan bakar dengan kandungan sulfur tinggi.

Peneliti Senior Institute for Essential Services Reform (IESR), Julius Christian Adiatma, mengatakan pengurangan emisi dari sektor transportasi secara optimal sebenarnya dapat dilakukan dengan beralih ke kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Namun, untuk dapat mencapai hasil maksimal dari adopsi kendaraan listrik membutuhkan waktu yang cukup panjang.

"Peningkatan kualitas bbm merupakan salah satu cara paling efektif untuk mengurangi polusi udara," ujar Julius dalam Media Workshop dengan tema “Tekan Emisi, Perbaiki Kualitas Udara: Kebijakan Baru Subsidi BBM,", Senin (5/8).

Julius mengatakan, Indonesia sampai dengan saat ini baru memiliki tiga jenis BBM yang memiliki kadar sulfur dibawah 50 parts per milion (PPM) atau setara dengan kategori Euro 4. Adapun tiga jenis BBM yang di produksi PT Pertamina dengan sulfur rendah adalah Pertamax Turbo, Pertamax Green dan Pertamina DEX.

Jika dilihat dari proporsi penjualan BBM, Julian mengatakan, konsumsi BBM di Indonesia masih di dominasi pada bahan bakar tinggi sulfur seperti Pertalite dan Biosklar. Sementara konsumsi BBM dengan kadar sulfur rendah hanya 1%.

"Sedangkan 99% nya adalah Solar Cyanide 48 atau Biosolar yang sekarang skin masih 2000an ppm konsentrasi kandungan sulfurnya," ujarnya.

Dia mengatakan, penggunaan BBM rendah sulfur tidak mampu menghilangkan polusi udara di Indonesia khususnya Jakarta. Namun setidaknya hal itu mampu mengurangkan dampak polusi secara signifikan hingga 50%.

"Karena itu perlu dikombinasikan dengan pendekatan-pendekatan lain juga, supaya memang kebijakan terkait dengan polusi udara dan transportasi berkelanjutan ini menjadi kebijakan yang terintegrasi," ungkapnya.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...