Wamen LHK: Literasi Rendah Jadi Penyebab Krisis Lingkungan
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong, mengatakan krisis lingkungan yang tengah mengintai dunia salah satunya terjadi karena tingkat literasi lingkungan yang rendah.
Ia menjelaskan, saat ini dunia tengah menghadapi tiga krisis dunia atau triple planetary crisis. Krisis tersebut terdiri dari perubahan iklim, polusi, dan hilangnya biodiversity. Menurut dia, tiga krisis ini salah satu penyebabnya karena rendahnya literasi lingkungan.
"Kalau kita memiliki literasi yang baik terhadap apa itu lingkungan hidup dan bagaimana kita ngelolahnya dengan baik dan bagaimana kita melisir dampaknya, maka tiga krisis itu tidak akan terjadi," ujar Alue dalam acara "Green Initiative Confrence 2024", di Jakarta, Selasa (24/9).
Alue menjelaskan, literasi lingkungan hidup adalah suatu kemampuan seseorang dalam membangun, mengapresiasi, dan menjaga lingkungan termasuk ekosistem biodiversity dan hubungan yang lengkap antara manusia dan alam. Kunci membangun literasi lingkungan adalah meningkatkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan, kesadaran, dan aksi terhadap lingkungan.
"Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, melihat bahwa literasi lingkungan ini bagian yang sangat strategik kita lakukan," ujarnya.
Oleh seba itu, Alue mengatakan, KLHK melakukan pengembangan beberapa program yang berbasis kepada pendidikan. Salah satunya adalah melalui didirikanya sekolah vokasi atau SMK kehutanan negeri di lima tempat yaitu Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Samarinda untuk Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Ia mengatakan, KLHK juga melaksanakan kegiatan edukasi mengenai hutan, lingkungan dan beberapa hal lainya yang dapat menghindari ketiga krisis dunia. Selain itu, KLHK juga mendorong adanya program sekolah Adiwiyata. Beberapa kegiatan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat terhadap lingkungan.
"Kita menginginkan bahwa pengetahuan tentang lingkungan hidup ini menjadi bagian yang mendasar di dalam kurikulum kita misalnya ada kurikulumnya, ada gurunya, pelatihnya, dan seterusnya," ujarnya.