BMKG: Terjadi Tren Peningkatan Suhu di Hampir Seluruh Wilayah Indonesia

Tia Dwitiani Komalasari
25 September 2024, 18:33
Petani mengairi sawahnya yang kekeringan dengan mesin pompa air di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (12/8/2024). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sebanyak 51 persen zona musim di Indonesia telah memasuki musim kemarau
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/aww.
Petani mengairi sawahnya yang kekeringan dengan mesin pompa air di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (12/8/2024). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sebanyak 51 persen zona musim di Indonesia telah memasuki musim kemarau yang terjadi mulai dari wilayah Indonesia bagian barat hingga wilayah Indonesia bagian timur.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan terdapat tren peningkan suhu di hampir semua wilayah Indonesia. Jika tidak dilakukan, langkah mitigasi perubahan iklim maka dapat mencapai ambang batas kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius.

Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG, Albert C. Nahas, menjelaskan catatan BMKG pada periode 1951-2021 memperlihatkan tren peningkatan suhu di Indonesia dengan laju bervariasi di masing-masing wilayah. Laju peningkatan terbesar ditemukan di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera bagian selatan, area Jakarta dan sekitarnya, dengan beberapa area mengalami peningkatan rata-rata 0,15 derajat per 10 tahun.

"Kalau kita melihat dari historis suhu ini jika diproyeksikan ke depannya dengan penyederhanaan 0,15 derajat per 10 tahun maka di pertengahan abad 21 ini Indonesia sudah akan melampau batas 1,5 derajat yang sering dijadikan ambang batas untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," ujarnya dalam diskusi yang diadakan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta, Rabu (25/9).

Dia mengatakan, kondisi Indonesia saat ini belum mencapai tingkatan itu. Namun, dengan tren kenaikan tersebut, dia menyoroti pentingnya langkah-langkah mitigasi untuk menekan emisi gas rumah kaca agar kenaikan suhu tidak melewati ambang 1,5 derajat Celcius. Hal itu, terutama di Sumatera bagian utara kemudian di Papua Pegunungan dan juga sebagian kecil Sulawesi. 

"Ini bisa kita lihat bahwa pentingnya aksi mitigasi tadi dan itu tidak boleh berhenti karena meskipun kita melakukan langkah mitigasi dan adaptasi ternyata laju peningkatan suhu tetap terjadi, setidaknya kalau dilihat dari proyeksi, sampai dengan pertengahan abad 21," ujarnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...