Pemerintah Tindak Deforestasi untuk Lahan Sawit di Cagar Alam Rawa Singkil Aceh
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan menindak tegas pelaku penggundulan hutan di lahan Cagar Alam Rawa Singkil, Aceh. Penggundulan hutan tersebut dilakukan untuk membuka lahan sawit yang produknya diduga dipasok ke perusahaan-perusahaan barang konsumsi multinasonal mulai dari Nestle, Procter & Gamble (P&G), Pepsico, hingga Mondelez.
Direktur Jenderal Gakkum KLHK, Rasio Ridho Sani, mengatakan pemerintah saat ini tengah melakukan operasi di kawasan Cagar Alam Rawa Singkil untuk melihat situasi dan kondisi di lapangan. "Kami sedang operasi, kami sudah melakukan. Ada berapa (3 calon tersangka) kami sudah melakukan proses penyelidikan," ujar Rasio dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (12/11).
Rasio mengatakan KLHK akan segera meningkatkan status penyelidikan dan menetapkan tersangka terkait dengan kegiatan perambahan di Rawa Singkil di Aceh. KLHK sebenarnya telah menyelidiki kasus deforestasi di Cagar Alam Rawa Singkil di Aceh sejak beberapa bulan lalu.
"Kami lakukan tindakan tegas. Pengawasan akan sangat lebih ketat kita lakukan," ujarnya.
Digunakan untuk Lahan Sawit
Penggundulan hutan atau deforestasi tersebut dilakukan untuk membuka lahan sawit. Hasil produksi sawit tersebut dipasok ke perusahaan yang mengirim minyak sawit mentah ke Nestle, P&G, Pepsico, hingga Mondelez.
Menanggapi hal itu, perusahaan-perusahaan barang konsumsi, termasuk Nestle dan P&G, menginvestigasi pasokan minyak kelapa sawit dari Indonesia. Dugaan tersebut terjadi setelah sebuah kelompok lingkungan menyatakan bahwa pasokan minyak sawit tersebut bersumber lahan cagar alam liar yang sebelumnya ditebang secara ilegal.
Dikutip dari Reuters, Selasa (12/11), kelompok lingkungan Rainforest Action Network (RAN) yang berbasis di AS, mengutip citra satelit dan menemukan penggundulan lahan di Cagar Alam Rawa Singkil yang terletak di provinsi Aceh, Sumatera. Hutan hujan di dalam cagar alam liar, yang dilindungi secara hukum, telah ditebang untuk memberi jalan bagi perkebunan kelapa sawit selama delapan tahun terakhir.
Kelompok tersebut membagikan gambar hamparan tanah cokelat hasil penebangan di Cagar Alam Rawa Singkil di Indonesia. Dalam gambar tersebut juga nampak deretan pohon palem muda telah ditanam di sepanjang perbatasannya.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan Senin (11/11), beberapa gambar, yang menurut RAN diambil selama investigasi lapangan pada Februari 2024, menunjukkan bahwa bibit kelapa sawit ditanam di tanah yang terbakar dikelilingi oleh pohon-pohon tumbang di dalam cagar alam.
Laporan tersebut menyatakan, cagar alam itu disebut telah kehilangan 2.609 hektar (6.447 are) hutan sejak 2016, dengan pohon palem kini tumbuh di 645 hektar area yang dibuka.
P&G Setop Pasokan
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan pada September dan Oktober, RAN menemukan tandan buah segar dari perkebunan ilegal dijual ke pabrik PT Global Sawit Semesta (GSS) dan PT Aceh Trumon Anugerah Kita (ATAK), yang keduanya memasok merek-merek besar termasuk Procter & Gamble, Nestlé, Mondelez, dan PepsiCo.
GSS dan ATAK, yang berlokasi di daerah terpencil, tidak dapat dihubungi Reuters untuk dimintai komentar. Perusahaan biasanya mendapatkan minyak kelapa sawit dari pabrik-pabrik di Indonesia melalui perantara.
Seorang juru bicara Nestle mengatakan bahwa pihaknya segera bekerja sama dengan pemasok langsungnya terkait GSS untuk menyelidiki temuan RAN, seraya menambahkan bahwa, pada akhir tahun 2023, 96% pasokan minyak kelapa sawitnya "bebas dari deforestasi".
"Jika ada kebutuhan untuk mencari solusi, kami akan mengambil tindakan yang diperlukan," kata juru bicara tersebut.
Sementara itu, P & G mengatakan pihaknya telah melakukan penyelidikan menyusul temuan RAN dan segera menangguhkan sumber dari GSS dan ATAK.
Royal Golden Eagle Group (RGE) yang berbasis di Singapura, Musim Mas, dan perusahaan Indonesia Permata Hijau juga mendapatkan minyak kelapa sawit dari GSS, kata RAN. Apical, unit RGE, dan Musim Mas mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki temuan RAN. Permata Hijau, Mondelez, dan Pepsi tidak menanggapi beberapa permintaan komentar melalui email.