COP29 Dapat Dukungan dari Pemimpin G20 untuk Tingkatkan Pendanaan Iklim
Para pemimpin G20 yang bertemu di Rio mengirimkan sinyal yang jelas kepada tim negosiator dalam perundingan iklim PBB COP29 yang terhenti di Baku tentang perlunya meningkatkan pendanaan iklim dari miliaran menjadi triliunan dolar Amerika Serikat (AS) dari semua sumber.
Meskipun pernyataan dari negara-negara ekonomi terkemuka di dunia - dan penghasil emisi terbesar - tidak menyebutkan secara eksplisit tentang 'transisi dari bahan bakar fosil', para pemimpin G20 menyambut baik hasil yang berimbang dan ambisius dari pembicaraan tersebut.
Komunike G20 ini muncul seiring dengan semakin dekatnya waktu menuju COP29, yang akan berakhir pada Jumat (22/11) ini di ibukota Azerbaijan, Baku. Negosiasi yang rumit mengenai pendanaan baru dan peningkatan pendanaan yang signifikan untuk kerugian dan kerusakan serta percepatan target energi bersih berjalan dengan lambat. Beberapa negara masih tetap bertahan dengan posisinya masing-masing sambil menunggu negara lain menarik diri dari posisinya.
Kepala Badan Iklim PBB Simon Stiell, yang sebelumnya telah memperingatkan agar tidak ada sikap mengulur-ulur waktu dan sikap mementingkan diri-sendiri, mengatakan para pemimpin G20 telah mengirimkan pesan yang jelas kepada para negosiator mereka di COP29. Tujuan pendanaan yang baru yang sukses merupakan kepentingan yang jelas bagi setiap negara.
“Para pemimpin negara dengan ekonomi terbesar di dunia juga telah berkomitmen untuk mendorong reformasi keuangan untuk membuat aksi iklim yang kuat dapat dijangkau oleh semua negara,” ujar Stiell, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) yang menyelenggarakan pertemuan tahunan COP tersebut, seperti dikutip UN News, Selasa (19/11).
Sikap para pemimpin G20 itu merupakan sinyal penting di dunia yang dilanda krisis utang dan dampak iklim yang terus meningkat. Krisis utang menghancurkan kehidupan, mengganggu rantai pasokan, dan memicu inflasi di setiap perekonomian.
COP29 Tak Boleh Gagal
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, yang berada di Rio untuk berpartisipasi dalam diskusi tentang pembangunan berkelanjutan, memerangi kemiskinan dan kelaparan, serta perubahan iklim, menyatakan Brasil akan menjadi tuan rumah COP30 tahun depan di wilayah Amazon timur.
“Kegagalan [di Baku] bukanlah sebuah pilihan. Hal ini dapat membahayakan ambisi dalam persiapan rencana aksi iklim nasional yang baru, dengan potensi dampak yang menghancurkan karena titik kritis yang tidak dapat diubah semakin dekat. Pelestarian Amazon adalah contohnya,” ujarnya.
Kehilangan kesempatan untuk mencapai kesepakatan mengenai kesepakatan pendanaan iklim yang baru di Baku pasti akan membuat keberhasilan COP30 di Brasil jauh lebih sulit. “Saya mengimbau rasa tanggung jawab semua negara di sekitar meja ini untuk membantu memastikan COP29 akan sukses,” kata Guterres.
Beberapa aktivis iklim dan lingkungan di Baku mengatakan bahwa mereka sangat optimis dengan komunike tersebut. Beberapa aktivis lain memberikan penilaian yang beragam, dengan mengatakan pernyataan tersebut tidak jelas memastikan nilai pendanaan iklim dan tidak secara eksplisit menyebutkan perlunya transisi dari bahan bakar fosil.
Harjeet Singh, seorang aktivis iklim yang merupakan Direktur Keterlibatan Global untuk Inisiatif Perjanjian Non-Proliferasi Bahan Bakar Fosil, menilai negara-negara maju tetap tidak tergerak untuk segera mengucurkan pendanaan iklim. "Mereka gagal untuk mengukur triliunan yang dibutuhkan atau memastikan dana ini diberikan sebagai hibah - penting untuk mencapai keadilan iklim,” ujarnya.
Ia menambahkan retorika negara-negara maju yang diulang-ulang tidak memberikan penghiburan bagi negosiasi COP29 yang penuh tekanan, di mana kita terus melihat kebuntuan dalam hal pendanaan iklim.
Liputan khusus COP 29 Azerbaijan ini didukung oleh: