Trump Sebut Sedotan Kertas Konyol, Saatnya Kembali Lagi ke Plastik


Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan menghentikan rencana pemerintahan Biden untuk menghentikan penggunaan sedotan plastik dan menggantinya dengan sedotan kertas di seluruh pemerintahan federal. Dia mengatakan sedotan plastik tidak berfungsi dan saatnya untuk "KEMBALI KE PLASTIK."
"Saya akan menandatangani Perintah Eksekutif minggu depan untuk mengakhiri dorongan konyol Biden untuk penggunaan Sedotan Kertas, yang tidak berfungsi," tulis Trump di situs Truth Social miliknya, dikutip dari New York Times, Senin (10/2).
Tahun lalu, pemerintahan Biden memerintahkan penghentian penggunaan plastik sekali pakai dari operasi layanan makanan, acara, dan pengemasan pemerintah federal pada 2027, dan dari semua operasi federal lainnya pada 2035.
Tidak jelas apakah Trump berencana untuk menghentikan upaya yang lebih luas tersebut, atau apakah ia hanya fokus untuk mengembalikan penggunaan sedotan plastik. Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan klarifikasi.
Pemerintah AS dianggap sebagai pembeli barang konsumen terbesar di dunia, dan rencananya untuk menjauhi plastik dianggap sebagai tonggak penting dalam upaya global untuk mengatasi krisis polusi plastik.
Pemerintahan Biden mengatakan bahwa rencana tersebut, yang disebutnya sebagai strategi komprehensif pertama untuk mengatasi penggunaan plastik secara nasional, bertujuan untuk mengurangi permintaan barang plastik sekali pakai. Hal itu sekaligus membantu menciptakan pasar untuk pengganti yang dapat digunakan kembali, dapat dibuat kompos, atau lebih mudah didaur ulang.
Konsumsi plastik telah meningkat empat kali lipat selama 30 tahun terakhir menjadi lebih dari 400 juta ton per tahun, menurut perkiraan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan. Di seluruh dunia, setara dengan satu truk sampah plastik masuk ke laut setiap menit, menurut perkiraan para ahli.
Daur ulang telah berjuang untuk mengimbanginya: hanya sekitar 9 persen dari sampah plastik yang dihasilkan secara global yang didaur ulang.
Kekhawatiran juga meningkat atas dampak kesehatan dari mikroplastik dalam makanan, air, dan tubuh manusia. Penghambat api, ftalat, bisfenol, dan bahan kimia lain yang ada dalam plastik juga dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Negara-negara telah merundingkan perjanjian limbah plastik global, di tengah meningkatnya pengakuan bahwa dunia tidak dapat mendaur ulang atau mengelola jalan keluar dari banjir sampah plastik. Namun pembicaraan tersebut terhenti pada bulan Desember setelah mendapat penolakan dari produsen minyak dan gas, yang menyediakan bahan dasar plastik.