Sampah Jakarta Tembus 8.000 Ton per Hari, 74% Berakhir di Bantargebang


Timbulan sampah Jakarta diperkirakan mencapai lebih dari 8.000 ton per hari. Sebanyak 74% dari sampah tersebut berakhir di Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengingatkan pengolahan sampah Jakarta sangat mendesak. Jakarta membutuhkan industrialisasi pengelolaan sampah untuk menekan timbulan berakhir di tempat pemrosesan akhir (TPA).
"Paradigma pengelolaan sampah yang menitikberatkan pengelolaan pada tempat pemprosesan akhir perlu segera kita sama-sama tinggalkan dan beralih kepada upaya pengelolaan sampah di hulu dan pengembangan industrialisasi pengelolaan sampah," katanya dalam apel di Kantor Wali Kota Jakarta Utara di Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2).
Dia mengatakan TPST Bantargebang yang saat ini sudah menampung lebih dari 55 juta ton sampah. Tumpukan sampah tersebut terus bertambah dari berbagai lokasi, termasuk Jakarta.
Ia menyebut kondisi tersebut tidak hanya dialami Jakarta. Berdasarkan peninjauan lapangan yang dilakukannya, ditemukan banyak TPA dalam kondisi tidak memadai. Tidak sedikit daerah memiliki TPA yang sebetulnya sudah tidak dapat menampung timbulan sampah baru karena melakukan pengelolaan sampah sistem pembuangan terbuka.
Peta Jalan Sampah
Dalam kesempatan yang sama, Hanif juga meminta kepada seluruh pemerintah daerah untuk segera menyelesaikan peta jalan pengelolaan sampah seperti yang sudah dilakukan Provinsi DKI Jakarta.
Hanif menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sudah menyelesaikan peta jalan pengelolaan sampah dan Kota Administrasi Jakarta Utara yang didapuk menjadi tempat percontohan implementasinya.
"Kami akan dalam satu bulan ini, akan memandatkan, meminta kembali kepada seluruh pemerintah provinsi dan seluruh pemerintah kabupaten/kota yang belum menyelesaikan roadmap penyelesaian sampahnya sampai akhir di bulan Februari ini," kata Hanif.
Peta jalan atau roadmap itu diperlukan mengingat Jakarta menjadi salah barometer untuk menyelesaikan isu sampah nasional, menjadi contoh untuk implementasi di wilayah lain.
Secara khusus Hanif menyoroti bahwa masih banyak daerah di Indonesia masih melakukan pengelolaan tempat pemrosesan akhir (TPA) secara open dumping atau pembuangan terbuka tanpa upaya pengurangan di hulu dan pengelolaan untuk menekan timbulannya.
Beberapa TPA open dumping tersebut bahkan tidak memilik instalasi pengelolaan air limbah, sehingga dapat menimbulkan potensi ke lingkungan karena bocoran air lindi dapat mengontaminasi air tanah di wilayah sekitar TPA.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik KLH/BPLH, DKI Jakarta menghasilkan 3.171.247 ton timbulan sampah selama 2024, dengan rata-rata setiap harinya dihasilkan sekitar 8.600 ton sampah per hari di Jakarta.