Indonesia Cari Pendanaan Teknologi Pengolahan Sampah dari Denmark dan Norwegia

Ringkasan
- Indonesia menjajaki akuisisi teknologi pengolahan sampah dari Denmark dan Norwegia untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan sampahnya.
- Indonesia mencari sumber pendanaan untuk memperoleh teknologi tersebut, termasuk melalui kolaborasi internasional dan dukungan dari UNEP.
- Rencana pembiayaan melibatkan pemanfaatan mekanisme nilai ekonomi karbon dan dukungan dari pihak yang akan memanfaatkan hasil pengolahan sampah.

Indonesia sedang menjajaki peluang-peluang untuk mendapatkan teknologi pengolahan sampah dari Denmark dan Norwegia.
Deputi Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Nani Hendiarti, mengatakan Indonesia sedang mencari sumber-sumber pendanaan untuk mendukung akuisisi teknologi pengolahan sampah yang lebih maju dari kedua negara Nordik tersebut.
“Kami sedang berusaha untuk mendapatkan pendanaan untuk teknologi pengolahan sampah dari Denmark dan Norwegia untuk meningkatkan kemampuan pengolahan sampah kami,” ujar Hendiarti, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (22/2).
Denmark dan Norwegia dikenal dengan keahliannya dalam solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan, termasuk sistem daur ulang yang canggih dan teknologi pengolahan sampah menjadi energi. Indonesia sangat tertarik dengan inovasi-inovasi ini untuk mengatasi tantangan sampah dan mengurangi dampak lingkungan.
Inisiatif ini sejalan dengan upaya Indonesia yang lebih luas untuk memperkuat keberlanjutan dan perlindungan lingkungan melalui kolaborasi internasional.
Pembiayaan Lewat Mekanisme Nilai Ekonomi Karbon
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan kementeriannya sudah berdiskusi dengan berbagai pihak terkait kerja sama pendanaan untuk pengadaan teknologi pengelolaan sampah. Baru-baru ini Hanif telah bertemu dengan perwakilan dari Pemerintah Korea Selatan, Jepang, Denmark, dan Norwegia.
Kementerian Lingkungan Hidup juga sudah bertemu dengan United Nations Environment Programme (UNEP) terkait dukungan pembiayaan pengelolaan sampah di Indonesia. Salah satu rencana yang sedang dikaji adalah pemanfaatan mekanisme nilai ekonomi karbon.
"Jadi, dalam penyelesaiannya nanti, kita melakukan dengan joint credit mechanism. Kita membayar melalui kredit karbon," ujar Hanif setelah meninjau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sentiong, di Kota Cimahi, Jawa Barat, Sabtu (22/2).
Hanif mengatakan pengelolaan sampah menggunakan teknologi merupakan keniscayaan. Selain itu, masyarakat perlu mengurangi sampah rumah tangga dengan pemilahan sampah.
Selain itu, Hanif juga menyinggung pentingnya offtaker atau pihak yang mengambil hasil teknologi pengolahan sampah seperti penggunaan Refuse-Derived Fuel (RDF) dari sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif.
"Offtaker ini menjadi penting karena offtaker ini tertimbang lagi dari sisi energi. Jadi mulai dari teman-teman di Kementerian ESDM, di Kementerian Keuangan. Kemudian saya rasa ini dua kepentingan yang sangat penting selain teman-teman Kementerian Pekerjaan Umum," kata Hanif.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik KLH, timbulan sampah nasional yang sudah dilaporkan dari 278 kabupaten/kota memperlihatkan total 29,3 juta ton sampah dihasilkan sepanjang 2024.