Limbah Sawit yang Diolah Berpotensi Tekan Emisi Karbon


Perkebunan dan pengolahan kelapa sawit dinilai memiliki potensi yang cukup besar untuk membantu Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi karbon atau gas rumah kaca (GRK). Kontribusi tersebut dapat terjadi jika pengolahan limbah cair kelapa sawit atau palm oil mill effluent (Pome) dilakukan dengan cara yang benar.
Kepala International Research Institute for Environment and Climate, Rizaldi Boer mengatakan melalui pengelolaan limbah yang lebih baik, efisiensi energi, perlindungan hutan, serta restorasi lahan gambut, sektor ini dapat mengurangi emisi dalam jumlah signifikan.
Ia mengatakan, dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% pada 2030, kontribusi sektor perkebunan sawit menjadi sangat krusial. Namun, emisi dari industri sawit mencapai 143 juta ton CO2 equivalent per tahun. Ini berarti emisi dari industri sawit menyumbang hampir 18% dari total emisi nasional. Sumber emisi tersebut salah satunya berasal dari limbah cair dari proses pengolahan kelapa sawit.
Teknologi Pengolahan Limbah Sawit
"Dengan teknologi seperti evaporasi, emisi dari POME dapat dikurangi hingga 90-95%," ujar Rizaldi dalam keterangan tertulis, Senin (4/3).
Rizaldi mengatakan pengelolaan limbah sawit juga dapat menghasilkan produk bernilai. Limbah padat sawit dapat diolah menjadi biochar, yang berpotensi mengurangi hingga 1,5 ton CO2.
"Potensi produksi biochar mencapai 583 ribu ton, memberikan manfaat besar bagi tanah," ujarnya.
Sementara itu, Vice President Sime Darby Guthrie, Shahrakbah Yacob mengatakan manfaat lain dari limbah sawit salah satunya dapat digunakan untuk pupuk dan memperbaiki unsur hara dalam tanah.
"Limbah itu sangat penting karena dapat digunakan sebagai suplemen dan pupuk, meningkatkan kadar karbon organik di tanah dan membantu mempertahankan kelembaban," ujar Shahrakbah.