Pertamina NRE Operasikan Pembangkit Hijau 2,5 GW, Geothermal hingga Gas


PT Pertamina New And Renewable Energi (PNRE) mencatat telah mengoperasikan pembangkit listrik rendah karbon hingga 2,5 Gigawatt (GW) sampai dengan 2025. Direktur Utama PNRE, John Anis mengatakan kapasitas operasional pembangkit milik perusahaan terdiri dari beberapa pembangkit seperti panas bumi, biomassa, energi surya, hingga gas.
John Anis mengatakan Pertamina NRE telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Sumatera, mulai dari Sibaya, Lumut Balai, dan Ulu-Belu ini sudah beroperasi. Kemudian PLTP di Jawa yaitu Kamojang, Karaha, dan Lahendong.
"Itu andalan kita semua, terutama yang paling besar adalah Kamojang,” ujar John saat ditemui di Jakarta, Senin (11/3).
Adapun Geotermal atau pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) menjadi pembangkit terbesar kedua yang dimiliki PNRE setelah pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU). Sampai dengan akhir 2024, kapasitas PLTP milik PNRE sebesar 672,5 megawatt (MW). Sementara PLTGU Pertamina NRE memiliki kapasitas 1.772 MW atau 1,7 GW.
Dia mengatakan, beberapa jenis pembangkit rendah karbon lainya yang dimiliki oleh PNRE adalah pembangkit biomassa dan biogas sebesar 4,4 MW, serta pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 52 megawatt peak (MWp).
“Pembangkit gas yang paling besar kita adalah Cimelaya sebesar 1,8 gigawatt, yang terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.