KLH Temukan 142 Titik Panas Karhutla Januari - April 2025, Turun 80%

Image title
17 April 2025, 13:49
Petugas melakukan proses pemadaman dan pendinginan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan lahan gambut Desa Deuah, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (26/10/2024). Meskipun pihak Kepolisian Polres Aceh Barat kerap melakukan sosialisasi l
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.
Petugas melakukan proses pemadaman dan pendinginan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan lahan gambut Desa Deuah, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (26/10/2024). Meskipun pihak Kepolisian Polres Aceh Barat kerap melakukan sosialisasi larangan membuka lahan dengan cara membakar, tapi pembukaan lahan baru dengan cara membakar masih sering dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops PB) BPBD Aceh Barat luas karhutla mencap
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

 Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), mencatat 142 titik panas atau kebakaran lahan terpantau serta tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan selama Januari hingga April 2025. Menteri LH, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan titik panas tersebut terpantau dari satelit Tera Aqua Nasa. 

“Pada 2025 sampai dengan hari ini berdasarkan data satelit Tera Aqua Nasa terdapat 142 titik panas hotspot dengan konfident di level high,” ujar Hanif dalam Rapat Koordinasi Teknis, di Jakarta, Kamis (17/4).

Hanif mengatakan, 142 titik panas tersebut berasal dari 97 kejadian di beberapa provinsi seperti Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, hingga Kalimantan Tengah.

Dia menjelaskan jumlah titik panas dan kejadian kebakaran hutan sampai dengan April 2025 jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.

“Jumlah hotspot atau titik panas secara nasional pada tahun 2025 berkurang hamper 80,22% jika dibandingkan dengan pada periode yang sama tahun 2024,” ujarnya.

Menurut Hanif, pnurunan jumlah titik panas secara nasional salah satunya karena adanya upaya penanganan dan pencegahan kebakaran lahan yang dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit di Indonesia.

“Ini tidak kurang dari perjuangan dan kerja keras teman-teman Gapki,” ucapnya.

 Berdasarkan data periode 2015 sampai dengan 2025 kebakaran lahan terjadi karena tiga faktor, salah satunya adalah keterkaitan dengan penyiapan lahan untuk perkebunan.

Kemudian kebakaran lahan dan hutan juga terjadi pada wilayah yang terdapat aktivitas illegal seperti perkebunan dan tambang. Selain itu, wilayah terbuka yang akan digunakan menjadi usaha illegal juga berpotensi memperluas kebakaran.

“Kemudian kondisi lahan terutama lahan gambut pada musim kering sangat mudah terbakar,” ucapnya.

Faktor lain yang menjadi penyebab kebakaran lahan dan hutan adalah kebiasaan masyarakat untuk membakar lahan.  

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...