Status Terancam 12 Spesies Burung Indonesia Meningkat

Image title
22 April 2025, 18:31
 Pecuk-ular Asia \
Foto: Burung Indonesia/Achmad Ridha Junaid
Pecuk-ular Asia \
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia atau Burung Indonesia, mencatat sebanyak 12 spesies burung yang ada di Indonesia mengalami peningkatan kategori keterancaman.

 Conservation Partnership Adviser Burung Indonesia, Ria Saryanthi, mengatakan dari 30 spesies burung yang ada di Indonesia, sebanyak 18 spesies mengalami penurunan status atau kondisi membaik. Sedangkan 12 spesies mengalami peningkatan status atau dalam kondisi konservasi memburuk.

Ria menjelaskan sebanyak 11 dari 12 spesies yang mengalami peningkatan kategori keterancaman, mencerminkan perubahaan sebenarnya. Adapun salah satu contohnya adalah mentok rimba (Asacornis scutulata) yang berstatus kritis.

“Ancaman utama antara lain konversi hutan rawa dataran rendah menjadi perkebunan, degradasi habitat akibat pengelolaan hutan yang tidak tepat, perburuan liar, dan pengambilan telur,” ujar Ria dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (22/4).

Dia melanjutkan, terdapat delapan spesies burung pantai yang mengalami peningkatan kategori keterancaman. Ria menjelaskan, spesies yang dimaksud adalah burung migran yang bergantung pada jaringan lahan basah sepanjang Jalur Terbang Asia Timur-Australasia.

“Hilangnya habitat penting akibat reklamasi pesisir, konversi lahan skala besar, dan gangguan manusia selama fase migrasi dan overwintering,” ujarnya.

Sementara itu, 18 spesies mengalami penurunan status keterancaman atau berada pada kondisi membaik, dimana dua diantaranya terjadi karena perubahan nyata di lapangan.

Ria mengatakan dua spesies yang dimaksud adalah pecuk-ular asia (Anhinga melanogaster) dan ibis cucuk-besi (Threskiornis melanocephalus). Adapun dua spesies tersebut sejak 2004 masuk pada kategori mendekati terancam punah, sedangkan pada 2024 statusnya berubah menjadi risiko rendah. 

“Penurunan ini mencerminkan adanya perbaikan nyata dalam kondisi populasi mereka di alam,” ucapnya.

 Sedangkan 16 spesies lainnya disebabkan oleh ketersediaan data atau informasi baru, Dia mencontohkan kondisi tersebut terjadi di poksai kuda (Garrulax rufifrons) yang sejak 2013 dikategorikan sebagai Kritis berubah menjadi Genting.

Ria menjelaskan hal tersebut terjadi setelah adanya peninjauan ulang. Dimana, spesies poksai kuda dapat dijumpai secara reguler di 14 lokasi yang tersebar di enam area hutan pegunungan di Jawa.

Hal serupa juga terjadi pada spesies celepuk banggai dan walik banggai. Kedua spesies tersebut masuk kategori rentan sejak tahun 2014, namun setelah didata ulang pada 2022 keduanya masih umum ditemukan di Pulau Peling, Banggai Kepulauan.

“Mereka mendiami berbagai tipe habitat, termasuk hutan primer, hutan sekunder, hutan kota, dan sistem agroforestri di seluruh zona elevasi pulau tersebut. Kini, status keterancaman walik banggai turun menjadi Mendekati Terancam Punah,” ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...