Program Konservasi WRI dan HSBC Bantu Petani Kopi Gayo Atasi Perubahan Iklim

Image title
14 Mei 2025, 17:58
konservasi, kopi Gayo
Junaidi Hanafiah/Anadolu Agency
Petani memetik kopi Arabica Gayo di kebun milik mereka di Takengon, Provinsi Aceh, Indonesia.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

World Resources Institute (WRI) menggandeng HSBC Indonesia untuk melaksanakan proyek konservasi dan peningkatan produktivitas kopi Gayo di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Program yang mengedepankan pendekatan perhutanan sosial dan agroforestri ini untuk mencegah penebangan hutan dan mengedepankan praktik berkelanjutan dalam budidaya kopi.

Direktur Program Pangan, Lahan, dan Air WRI, Tomi Haryadi, mengatakan proyek ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu 2025 sampai dengan 2027 dengan target mencegah deforestasi hutan hingga 1.200 hektare.

“Terdapat 1.200 hektare hutan desa yang bisa kami intervensi melalui pendekatan good agricultural practices dengan melakukan pemaksimalan penanaman di berbagai kawasan hutan yang dilindungi,” ujar Tomi dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (14/5).

Tomi mengatakan program ini juga akan mendorong peningkatan produktivitas petani yang berada di Bener Meriah hingga mencapai titik maksimal. Pasalnya, mayoritas petani yang berada di wilayah Bener Meriah hanya mampu memproduksi kopi sebesar 750 kilogram per hektare dari potensi yang seharusnya sebesar 2 ton per hektare.

“Meningkatkan produktivitas adalah salah satu cara yang kami lakukan untuk memberikan kemanfaatan yang lebih besar bagi komunitas hingga 1,2 hingga 2 ton per hektare,” ujarnya.

Selanjutnya, program ini juga mendorong petani untuk mengelola sisa produksi kopi menjadi sebuah produk yang berguna dan tidak membahayakan lingkungan.

Tomi mengatakan selama ini masyarakat Bener Meriah membakar sisa pengolahan kopi yang disebut sebagai khas. Praktik tersebut secara tidak langsung akan berdampak negatif terhadap lingkungan.

“Salah satu intervensi kita adalah ada teknologi yang dilakukan  untuk mengubah sisa pengolahan kopi itu menjadi bioetanol. Jadi kami di tahun pertama memberikan training mengubah khas untuk menghasilkan bioetanol,” ujarnya.

Tomi menjelaskan proyek ini juga diharapkan mengurangi dan menyerap emisi gas rumah kaca hingga 50 ton per hektare kanopi. Ini merupakan capaian penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Selain itu, program ini akan meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan komunitas dengan melibatkan kelompok perempuan dan pemuda dalam pengolahan kopi berkelanjutan.

“Dengan pendekatan ini, kami berharap pasar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi komunitas petani, sekaligus mendukung konservasi hutan dan pengurangan emisi gas rumah kaca,” ungkapnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...