PLN Klaim Tekan Emisi Karbon Hingga 48 Juta Ton Sepanjang 2024

Image title
15 Mei 2025, 15:39
PLN, EBT, emisi karbon
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adh
Teknisi memeriksa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Gedung Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (29/4/2025). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memberikan izin pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLST) atap kepada PT PLN (Persero), proyek pembangunannya memiliki kuota dengan kapasitas hingga 5.746 megawatt (MW) dalam kurun waktu 2024-2028.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT PLN (Persero) mengklaim berhasil menekan emisi karbon 48,4 juta ton setara karbon dioksida (CO2e) sepanjang tahun 2024. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan capaian tersebut antara lain berasal dari pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dan penggunaan teknologi baru dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. 

Darmawan mengatakan pengurangan emisi tersebut salah satunya berasal dari pemanfaatan pembangkit listrik berbasis gas yang mampu menekan emisi hingga 12 juta ton CO2e sepanjang 2024. Sementara itu, pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan dengan kapasitas 1,3 gigawatt (GW) berkontribusi menurunkan emisi karbon PLN sebesar 16,3 juta ton pada 2024.  

Dia mengatakan pengurangan emisi lainya terjadi karena adanya penerapan PLTU ultra supercritical atau dengan teknologi yang mampu menekan emisi lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, PLN mampu menekan emisi karbon hingga 13,9 juta ton CO2e.

Darmawan menambahkan, PLN juga menggalakkan program penggunaan bahan bakar pengganti batu bara pada PLTU dengan menggunakan biomassa atau yang dikenal dengan co-firing. Dengan upaya tersebut PLN berhasil menekan emisi karbon sampai dengan 2 juta ton pada 2024. “Kemudian, ada 4,3 juta ton emisi karbon yang ditekan dengan adanya efisiensi energi,” ujarnya.

Sebelumnya, Executive Vice President Komunikasi Korporat & TJSL PLN, Gregorius Adi Trianto, mengatakan perusahaan telah melakukan co-firing di 44 lokasi PLTU yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Secara kumulatif, dari Januari-Mei 2024, program co-firing telah memanfaatkan 419 ribu ton biomassa dan mampu menurunkan emisi sebesar 478 ribu ton CO2," ujar Gregorius saat dikonfirmasi Katadata.co.id, Rabu (26/6).

Gregorius mengatakan, program tersebut dilakukan untuk terus mendorong transisi energi sebagai upaya Indonesia mencapai net zero emissions (NZE) pada 2060. Pada masa transisi, PLN menggunakan teknologi co-firing di PLTU sebagai salah satu upaya untuk menekan penggunaan batu bara. 

"Co-firing adalah substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa seperti pelet kayu, wood chip, sampah, cangkang sawit, dan sawdust (serbuk gergaji)," ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...