RUPTL PLN 2025-2034 Butuh 1,7 Juta Tenaga Kerja, 91% Green Jobs


Pemerintah menargetkan penciptaan lapangan pekerjaan lebih dari 1,7 juta tenaga kerja di sektor kelistrikan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Jumlah tersebut terdiri dari 836.696 tenaga kerja di sektor pembangkitan dan 881.132 tenaga kerja di sektor transmisi, gardu induk, dan distribusi.
Dari jumlah tenaga kerja di sektor pembangkitan, 91% termasuk dalam kategori green jobs. Transisi menuju energi bersih tak hanya menuntut infrastruktur pembangkit, tetapi juga kemampuan manusia. Green jobs diyakini menjadi fondasi daya saing nasional, sekaligus pintu masuk bagi investasi hijau yang berkelanjutan.
Dalam data RUPTL, tenaga kerja terbesar akan diserap oleh PLTS (348 ribu), PLTA (129 ribu), dan PLTP (42 ribu). Ketiganya membutuhkan keahlian teknis baru yang belum banyak tersedia di pasar tenaga kerja Indonesia.
“Penyerapan (tenaga kerja) RUPTL ini kurang lebih sekitar 1,7 juta. Supaya Indonesia terang. Nah ini, kita bikin terang-benderang ini. 1,7 juta tenaga kerja yang mencakup kebutuhan industri, manufaktur, konstruksi, operasi dan pembinaan untuk pembangkit sebesar 836.696,” ujar Bahlil.
Target Bauran EBT
Rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) menargetkan bauran energi baru terbarukan sudah mencapai 34,3% pada 2034.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan angka tersebut di luar ekspektasi mereka. “Kami hitung betul-betul, Insya Allah nanti 2034 baurannya 34%. Di 2030 an nanti sudah mencapai lebih dari 21%,” kata Darmawan dalam paparannya di acara Diseminasi RUKN dan RUPTL 2025-2034, Senin (2/6).
Dalam paparannya disebutkan bahwa target ini 2,5 kali lipat lebih besar dibandingkan capaian bauran EBT 2024 yang mencapai 12%.