Pengelolaan Sampah di Pasar Tradisional akan Diperketat

Ajeng Dwita Ayuningtyas
3 Juli 2025, 11:44
sampah. pengelolaan sampah, pasar tradisional
Dok. KLH
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq meninjau pengelolaan sampah di Pasar Jaya Teluk Gong, Jakarta Utara, pada Rabu (2/7).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengingatkan pengelola kawasan, termasuk pasar tradisional, untuk menyelesaikan sampah di kawasan sendiri. Pasar tradisional selama ini merupakan salah satu penyumbang timbulan sampah di Tempat Pemprosesan Akhir (TPA).

“Kita harus memperketat pengelolaan sampah dari hulu, termasuk kawasan pasar tradisional," kata Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, saat meninjau langsung pengelolaan sampah di Pasar Jaya Teluk Gong, Jakarta Utara, Rabu (2/7).

Kunjungannya bermaksud mengevaluasi dan memverifikasi sistematis atas pengelolaan sampah di lokasi tersebut, untuk direplikasi di pasar lainnya. Pasar Jaya Teluk Gong disiapkan untuk menjadi percontohan ekonomi sirkular dan perubahan perilaku masyarakat dalam upaya menangani krisis sampah di wilayah urban.

Hanif mengatakan Pasar Jaya Teluk Gong merupakan salah satu titik penghasil sampah signifikan di Jakarta. Pasar yang melayani ribuan warga setiap hari itu menghasilkan sekitar 4 m3 sampah harian. Sampah ini terdiri atas 35% sampah organik, 63% sampah anorganik, dan 2% sampah B3 dari kemasan kimia dan baterai.  Kondisi tersebut mengharuskan sistem pengelolaan sampah yang terstruktur, efisien, dan berkelanjutan.

Pasar Jaya Teluk Gong Jadi Percontohan

Pasar Jaya Teluk Gong telah menerapkan sistem pemilahan sampah dari sumber, dengan membaginya menjadi dua jenis, yaitu organik dan anorganik.

Pasar Jaya Teluk Gong menggunakan pendekatan adaptif dan terukur, pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan karakteristiknya. Untuk sampah organik, tahap pengelolaan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu komposting, fermentasi limbah, dan budidaya maggot.

Tahap komposting menghasilkan sekitar 600 kg kompos dari 1.100 kg sampah setiap bulannya. Kemudian, tahap fermentasi limbah dilakukan pada limbah basah menjadi pupuk organik cair (POC), menghasilkan sebanyak 45 liter dari 1.000 kg sampah setiap bulan. Budidaya maggot (larva black soldier fly/BSF) dapat mengurai 25 kg sampah organik dalam 20 hari.

Sementara itu, sampah anorganik dikelola secara kolaboratif. Sampah plastik dikumpulkan per minggu oleh kecamatan, dengan volume 210 kg setiap bulan. Bulu ayam dan tempurung kelapa dikumpulkan setiap hari oleh pihak ketiga, rata-rata mencapai 1.240 - 1.550 kg per bulan. 

Sampah bernilai ekonomis seperti kardus, botol plastik, dan kaleng, dengan volume sekitar 595 kg per bulan, dikumpulkan lalu dijual.

Langkah-langkah inovasi ini berhasil menurunkan timbunan sampah pasar secara signifikan. Pasar Jaya Teluk Gong hanya membutuhkan pengangkutan sampah oleh Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara setiap 3-4 hari sekali. Kapasitasnya mencapai 7 m3 per rit atau setara dengan 49-56 m3 per bulan.

“Berdasarkan hasil tinjauan kami, proses pengolahan sampah sudah berjalan cukup baik. Namun perlu ditingkatkan agar lebih menyeluruh dalam mencakup seluruh jenis sampah,” jelas Menteri Hanif.

Hasil pantauan dan evaluasi ini kemudian akan diaplikasikan pada pasar-pasar tradisional lainnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...