OIC: Setop Perdagangan Orang Utan
Direktur Eksekutif Orangutan Information Center (OIC) Syafrizaldi Jpang mengimbau masyarakat untuk berhenti memperdagangkan orang utan. Perdagangan satwa dilindungi tersebut masih marak terjadi bahkan lintas negara.
"Orang utan itu satwa endemik Indonesia. Rumahnya di sini. Kampanye ini adalah seruan agar kita bersama-sama menghentikan perdagangan satwa dilindungi dan menjaga habitatnya," ujar Syafrizaldi, di Aceh Selatan, Selasa (19/8).
Pernyataan itu disampaikan Syafrizaldi di sela-sela Festival Love for Orang Utan (OU Fest) 2025 dengan tagar #KawalJanganDijual. Festival tersebut berlangsung di Taman Hutan Raya (Tahura) Trumon, Aceh Selatan.
"Miris, perayaan Festival Orang Utan 2025 diwarnai masih maraknya perdagangan ilegal baik orang utan dalam kondisi hidup maupun tak bernyawa," ujarnya.
Pada 2024 lalu, tiga pedagang orang utan ditangkap kepolisian di Aceh Tamiang. Dalam penangkapan itu, seekor bayi orang utan berhasil diselamatkan dari ransel penjual. Tidak lama setelah peristiwa itu, Tim Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup juga berhasil menggagalkan transaksi jual beli dua bayi orang utan di Melawi, Kalimantan Barat.
"Meskipun kedua kasus itu tidak saling berhubungan, korbannya sama, yaitu orang utan," ujarnya.
Penyelundupan Orang Utan
Pada Februari 2025, otoritas Thailand menyita tiga bayi orang utan asal Indonesia yang diselundupkan melalui Malaysia. Pada Mei 2025, aparat berwenang Thailand juga menggagalkan penjualan dua bayi orang utang dan menangkap pelakunya.
"Sebelumnya, otoritas kita juga berhasil membongkar jaringan perdagangan tengkorak satwa. Hasilnya, 78 tengkorak primata disita. Sebagian itu terkonfirmasi sebagai orang utan," kata Syafrizaldi.
Ia mengajak masyarakat, khususnya generasi muda untuk memahami bahwa orang utan bukan komoditas perdagangan. Orang utan adalah satwa kunci yang menjaga keseimbangan hutan dan kehidupan manusia.
Festival Orang Utan 2025 yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Orang Utan Sedunia pada 19 Agustus itu juga menghadirkan ruang belajar sekaligus kampanye konservasi yang meriah.
“Semoga festival ini meningkatkan kesadaran bahwa hutan adalah habitat asli orang utan dan warisan penting yang harus kita jaga bersama,” kata Syafrizaldi.
