Prabowo Kritik Beban Negara Berkembang Akibat Krisis Iklim di Sidang Umum PBB
Presiden Prabowo Subianto mengkritik situasi perubahan iklim yang membuat negara-negara berkembang harus menanggung beban biaya besar saat ini. Ia mencontohkan Indonesia harus membangun tanggul laut.
“Kami terpaksa membangun tanggul raksasa sepanjang 480 kilometer. Pembangunan ini mungkin memakan waktu hingga 20 tahun," kata Prabowo saat menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (23/9), yang disiarkan oleh kanal Youtube Sekretariat Presiden.
“Tetapi kami tidak punya pilihan lain dan harus memulainya sekarang,” Prabowo menambahkan.
Prabowo menegaskan bahwa Indonesia sudah merasakan dampak nyata perubahan iklim, terutama ancaman kenaikan permukaan laut yang mengancam wilayah pesisir hingga kawasan Ibu Kota Jakarta sekitar lima sentimeter per tahun.
"Bayangkan apa yang akan terjadi dalam sepuluh tahun? Dua puluh tahun? Oleh sebab itu, kami memilih untuk menghadapi perubahan iklim," ujarnya.
Prabowo mendesak agar negara-negara yang paling banyak menghasilkan emisi gas rumah kaca turut memikul tanggung jawab lebih besar dalam membiayai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
"Kita harus memastikan bahwa transisi energi berlangsung adil. Jangan sampai negara-negara berkembang tertinggal dan justru menanggung biaya lebih besar," kata Prabowo.
Ketua Umum Partai Gerindra itu menyampaikan Indonesia berkomitmen untuk mencapai Net zero emission pada 2060. Langkah tersebut juga dibarengi dengan upaya reforestasi 12 juta hektare untuk menyerap karbon dan menjaga ekosistem hutan.
Prabowo meyakini implementasi program hijau seperti reforestasi akan membuka lapangan kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia turut berkomitmen melakukan transisi energi dengan meninggalkan ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi terbarukan. Prabowo juga menekankan bahwa Indonesia bertekad menjalankan janji dan target yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris 2015.
"Kami tidak ingin hanya jadi korban (perubahan iklim). Kami ingin jadi bagian dari solusi," ujar Prabowo.
