Second NDC Indonesia Gunakan Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Tinggi dan Rendah

Ajeng Dwita Ayuningtyas
1 Oktober 2025, 14:28
Indonesia, second NDC, perubahan iklim
Katadata/Ajeng Dwita Ayuningtyas
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, menyebut dokumen komitmen iklim terbaru Indonesia atau Second Nationally Determined Contribution (Second NDC) telah selesai disusun.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, menyebut dokumen komitmen iklim terbaru Indonesia atau Second Nationally Determined Contribution (Second NDC) telah selesai disusun. Target pengurangan emisi Indonesia dalam dokumen tersebut didasarkan pada angka asumsi atau skenario pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan rendah. 

“Sudah disusun, dengan asumsi high ambition dan low ambition. Untuk low ambition di angka pertumbuhan ekonomi sekitar 6,5% dan high ambition 8,3%,” kata Hanif, saat ditemui di Jakarta, pada Rabu (1/10).

Ketika ditanya perihal kapan untuk mengirimkan Second NDC tersebut kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Hanif hanya menegaskan kembali pernyataannya, “Semua sudah disusun, kita tunggu waktu saja, ya,” tuturnya.

Second NDC Indonesia dijadwalkan rampung dan dikirim pada September 2025. Pengumpulannya dilakukan sebelum konferensi tingkat tinggi iklim COP30 di Belem, Brasil digelar November mendatang.

Sebelumnya, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono menyebutkan Indonesia akan mengirimkan Second NDC pada 20 September 2025, sebelum Presiden Prabowo Subianto menghadiri Sidang Umum PBB.

Berisi Komitmen Indonesia terhadap Iklim

Dokumen tersebut akan merepresentasikan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca selama 2031 hingga 2035. Upaya tersebut adalah lanjutan dari komitmen di Enhanced NDC, yang menargetkan penurunan emisi 31,89% dengan upaya mandiri dan 43,2% dengan dukungan internasional. 

Seperti yang telah disebutkan, target penurunan emisi Indonesia disesuaikan dengan target pertumbuhan ekonomi. Meskipun belum dirinci secara jelas angka penurunan emisinya, ada tiga skenario pertumbuhan ekonomi yang digunakan, yaitu 6,5%, 7%, dan 8%. 

Skenario pertumbuhan ekonomi rendah ditetapkan pada angka 6,3%. Sementara itu, skenario pertumbuhan ekonomi tinggi pada angka 8%. Dokumen Second NDC tersebut telah menggunakan emisi tahun 2019 sebagai baseline. Tak lagi menggunakan business as usual, dokumen ini mengacu pada current policy scenario (CPOS) atau skenario kebijakan saat ini.

Dokumen Second NDC memproyeksikan puncak emisi gas rumah kaca Indonesia terjadi pada 2030, kecuali untuk sektor energi yang diproyeksikan baru mencapai puncak pada 2035-2038. Selain itu, Indonesia menargetkan Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.

“Perhitungannya, tahun 2060 sekitar minus 80 juta karbon dioksida ekuivalen, jadi kalau dihitung interpolasinya mungkin 2039 atau 2038 kita mencapai kondisi net zero,” kata Ary Sudijanto, Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon, Kementerian Lingkungan Hidup.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...