Mari Elka Sebut Ada Peluang Kredit Karbon di Sektor Pertanian

Ajeng Dwita Ayuningtyas
22 Oktober 2025, 18:22
pertanian, karbon, kredit karbon
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nz
Petani melakukan pengecekan penyiraman tanaman melon melalui gawainya di Umah Tani Agriculture, Kota Serang, Banten, Senin (13/10/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Ekonom sekaligus anggota WRI Indonesia Mari Elka Pangestu, menyebutkan pengaruh besar pengalihan subsidi pupuk kimia dalam mengurangi emisi metana di sektor pertanian. Tak hanya soal pupuk, praktik pertanian berkelanjutan harus menyentuh seluruh proses pertanian.

“Kalau subsidi pupuk dialihkan ke sustainable agriculture practices langsung ke petani, itu dampaknya luar biasa untuk mengurangi emisi dan tetap meningkatkan produksi pertanian,” kata Mari, dalam WRI Indonesia National Dialogue, di Jakarta, Rabu (22/10). 

Dalam diskusi bertajuk ‘Road to COP-30 Improving Indonesia’s Position for Advancing the National Climate Action and Commitments’ tersebut, Mari mencontohkan keberhasilan program ‘Low-Emission Rice' ala Vietnam. 

Proses ini sangat mempertimbangkan aspek keberlanjutan, mulai dari penggunaan pupuk organik, meminimalisasi penggunaan air, kualitas benih, hingga pemrosesan sisa-sisa hasil pertanian. Proses ini disebutnya sudah terbukti mengurangi emisi metana, sekaligus meningkatkan hasil pertanian. 

“Itu bisa akhirnya, penurunan dari emisi metana terukur, dan bisa dijual menjadi karbon kredit,” ucapnya.

Mari mengatakan praktik pertanian berkelanjutan ini merupakan sebuah contoh dari bagaimana komitmen iklim dan pembangunan bisa berjalan beriringan.

Pasar di Indonesia Belum Siap

Menanggapi hal tersebut, Senior Manager for Climate WRI Indonesia Egi Suarga menjelaskan, perdagangan karbon dari sektor pertanian  harus melihat kondisi pasar terlebih dahulu.

“Kita harus lihat market-nya, artinya market assessment terhadap karbon di sektor pertanian ini juga harus ada,” tutur Egi. 

Hasil asesmen tersebut akan memperlihatkan demand dari karbon sektor pertanian, sekaligus melihat potensi funding untuk upaya mitigasi dan adaptasi. 

Ketua Kelompok Layanan dan Kerja Sama Kementerian Pertanian, Anggri Hervani, menjelaskan pihaknya telah melakukan sejumlah program dengan unsur keberlanjutan.

Di antaranya penggunaan varietas padi rendah emisi yang ekonomis dan disukai petani. Selain itu, perbaikan kualitas pakan ternak juga disebutnya berpengaruh positif pada penurunan emisi dari fermentasi enterik ternak. Upaya lainnya, sekuestrasi karbon dari perkebunan dan hortikultura. 

“Beberapa sudah kita kerjakan dan bisa kita hitung, setiap tahun kita laporkan ke national focal point sebagai capaian mitigasi sektor pertanian,” jelas Anggri. 

Anggri juga menjelaskan penggunaan skema alternate wetting and drying (AWD) untuk pertanian, yaitu praktik pertanian hemat air, mencakup upaya mitigasi iklim. Saat ini, skema tersebut masih dijalankan di beberapa kelompok tani di Indonesia.

Akan tetapi, tantangannya adalah belum ada demand dari karbon hasil pertanian berkelanjutan ini. “Ketika ada demand-nya, petani akan lebih tertarik,” kata Anggri.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...