RDF Rorotan Timbulkan Bau Menyengat, Ini Kata BRIN
Uji coba pengolahan sampah menjadi bahan bakar di fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan menuai protes dari warga di sekitarnya karena menimbulkan bau yang menyengat. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova menilai polusi bau tersebut merupakan risiko dari pengolahan sampah yang menggunakan RDF.
“RDF yang ada di Jakarta, sepengetahuan saya sampahnya memang masih banyak yang nyampur,” kata Reza, dalam keterangan tertulis, Rabu (5/11).
Menurutnya, pemisahan sampah organik dan anorganik bisa meminimalisasi bau yang dihasilkan. Reza menambahkan, teknologi untuk mengurangi bau juga sudah tersedia di RDF Rorotan, namun efektivitasnya perlu ditinjau kembali.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, memerintahkan penghentian sementara commissioning RDF Rorotan setelah fasilitas tersebut menimbulkan bau menyengat hingga memaksa sebagian warga untuk mengungsi.
Reza mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengatasi masalah tersebut sampah dengan membangun RDF Rorotan. “Dinas Lingkungan Hidup (DKI Jakarta) berkonsultasi dengan teman-teman akademisi, untuk memperbaiki sisi negatif dari RDF yang ada,” kata Reza.
DLH Jakarta Evaluasi Soal Pengangkutan
DLH DKI Jakarta menyatakan akan segera memperbaiki proses pengangkutan sampah ke lokasi RDF Rorotan. Pasalnya, bau yang timbul disinyalir berasal dari kebocoran air lindi yang terjadi saat truk mengangkut sampah. Sejak 30 Oktober lalu, pengangkutan sampah ini telah dihentikan.
Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan pihaknya akan mengupayakan kondisi truk sampah agar lebih baik, serta menambah jumlahnya.
“Untuk menambah kekuatannya juga, tahun 2025 ini kami menambah lagi compactor (truk sampah compactor) baru sebanyak 51 unit,” katanya, seperti dikutip dari Antara.
DLH Jakarta juga akan memastikan tidak ada lagi kebocoran air lindi yang memicu bau tak sedap, sebelum pengiriman sampah ke RDF Rorotan kembali berjalan.
“Kapasitas satu truk sampah itu bisa 7 ton. Kita mungkin bikin hanya 5 ton, supaya pada saat air lindi itu dikompaksi, itu tidak melebihi kapasitas dari tinggi air lindi itu,” ujar Asep.
Selama hampir sebulan masa commissioning, Asep menyatakan tak ada masalah. Persoalan bau itu kembali muncul pada pekan lalu ketika Jakarta diguyur hujan deras. Menurut Asep, tingginya curah hujan mengakibatkan sampah menjadi basah dan memicu tumpahnya air lindi.
