Pemimpin Dunia Sepakat Mengerem Emisi Metana dan Gas Rumah Kaca Lainnya
Brasil, Tiongkok, dan Inggris Raya menjadi tuan rumah bersama KTT Metana. KTT ini meluncurkan serangkaian inisiatif bersejarah untuk mempercepat tindakan global terhadap metana dan gas rumah kaca non-CO₂ lainnya, untuk memperlambat laju perubahan iklim.
KTT Metana, yang diselenggarakan di sela-sela perhelatan COP30, mengumpulkan perwakilan dari Barbados, Prancis, Jerman, Koalisi Iklim dan Udara Bersih, dan Bloomberg Philanthropies.
Inggris dan Brasil meluncurkan “Super Pollutant Country Action Accelerator” di bawah Koalisi Iklim dan Udara Bersih (CCAC) untuk mendorong pengurangan cepat emisi metana, hidrofluorokarbon (HFC), dan polutan udara yang menyebabkan pemanasan di 30 negara berkembang hingga tahun 2030.
Inisiatif ini menyiapkan paket pendanaan awal sebesar US$ 25 juta (Rp 416,3 miliar, kurs Rp 16.650/US$) untuk digunakan bersama oleh tujuh negara guna memulai implementasi. Ketujuh negara tersebut adalah Brasil, Kamboja, Indonesia, Kazakhstan, Meksiko, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Program ini akan mendirikan Unit Super Polutan Nasional yang khusus, yang terinspirasi dari Unit Ozon Protokol Montreal yang sukses, untuk mengintegrasikan tindakan berkelanjutan ke dalam lembaga pemerintah.
Inisiatif ini bertujuan untuk menggalang US$ 150 juta (Rp 2,5 triliun) pada fase pertamanya. Program ini akan melaksanakan implementasi terkoordinasi dengan dampak tinggi yang selaras dengan prioritas nasional untuk manfaat segera bagi kesehatan publik, pertanian, dan ketahanan ekonomi, sambil memperkuat momentum global untuk tindakan iklim jangka pendek.
Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Kazakhstan, Norwegia, dan Inggris juga menandatangani pernyataan “Mengurangi Drastis Emisi Metana di Sektor Bahan Bakar Fosil Global” yang didukung Komisi Eropa, Badan Energi Internasional (IEA), dan Organisasi Energi Amerika Latin (OLADE).
Dalam KTT ini, para pemimpin menekankan kebutuhan mendesak untuk menangani gas rumah kaca, termasuk metana, oksida nitrat, dan hidrofluorokarbon (HFC). Para pemimpin menyoroti bagaimana negara-negara mengambil tindakan baik di dalam negeri maupun secara internasional untuk mempercepat pengurangan metana dan gas rumah kaca non-CO₂ lainnya.
Mereka menegaskan kembali bahwa kepercayaan, kemitraan, dan tanggung jawab bersama sangat penting untuk bergerak lebih cepat bersama - sebuah mutirão (upaya bersama) sejati untuk metana.
Ed Miliband, Menteri Negara Inggris untuk Keamanan Energi dan Net Zero, mengungkapkan pernyataan "Pengurangan Drastis Emisi Metana di Sektor Bahan Bakar Fosil Global" menguraikan enam langkah untuk mempercepat pengurangan emisi di seluruh rantai nilai minyak dan gas.
Hal ini mencakup pengukuran dan verifikasi yang kuat, menghentikan pembakaran dan pelepasan rutin metana hingga tahun 2030, mendukung negara-negara produsen berpendapatan rendah dan menengah, serta membentuk panel pemerintah untuk mengembangkan pasar dengan intensitas metana mendekati nol, dengan kemajuan akan dilaporkan pada tahun 2026. Inggris dan mitra-mitranya mengundang negara-negara lain untuk mendukung dan mengimplementasikan tujuan pernyataan tersebut.
Dampak Metana terhadap Pemanasan Global
Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Brasil Marina Silva, mengatakan gas rumah kaca berumur pendek seperti metana memiliki dampak yang lebih kuat terhadap pemanasan global daripada CO₂. Mengurangi emisi gas ini memberi dunia kesempatan untuk menjaga suhu rata-rata planet tetap di bawah 1,5°C, mengurangi frekuensi, intensitas, dan dampak peristiwa cuaca ekstrem, serta melindungi nyawa, terutama nyawa orang-orang yang paling rentan.
"Hari ini, upaya global ‘mutirão’ melawan metana mendapatkan dukungan krusial dengan diluncurkannya Super Pollutant Country Action Accelerator, inisiatif bersama antara Brasil dan Inggris Raya," kata Marina Silva, seperti dikutip laman COP30.br, Minggu (9/11).
Huang Runqiu, Menteri Ekologi dan Lingkungan Hidup Republik Rakyat Tiongkok, mengatakan KTT ini tidak hanya menyoroti peran kritis pengendalian emisi metana dan gas rumah kaca non-CO₂ lainnya dalam respons global terhadap perubahan iklim. KTT ini juga mendorong semua pihak untuk berbagi kebijakan dan tindakan yang telah diambil dalam proses pengurangan emisi.
"Perubahan iklim adalah tantangan global, dan mengatasinya memerlukan upaya bersama dari seluruh dunia,” kata Runqiu.
Sementara itu, Miliband mengatakan menurunkan metana dan gas rumah kaca non-CO₂ lainnya adalah salah satu cara tercepat dan paling efektif untuk memperlambat pemanasan global dan membersihkan udara kita.
"Inggris bangga berada di COP30 untuk bekerja bersama mitra internasional kami dalam mengubah ambisi menjadi tindakan konkret dalam menangani krisis iklim. Inggris memimpin melalui Rencana Aksi Metana kami, yang akan mendorong kemajuan nyata menuju masa depan yang lebih aman, adil, dan bersih bagi anak-anak dan cucu-cucu kita,” ujarnya.
Duta Besar Barbados, Liz Thompson, menyambut baik upaya pengurangan emisi metana.
“Mengurangi emisi metana global adalah masalah kelangsungan hidup, stabilitas sosial, dan keberlanjutan ekonomi bagi pulau-pulau kecil.” Dengan mengutip contoh-contoh terbaru, termasuk Badai Melissa yang melanda Jamaika dua minggu lalu dan menyebabkan kerugian diperkirakan sebesar US$ 10 miliar (Rp 165 triliun), ia menekankan urgensi tindakan.
“Kami membutuhkan perusahaan minyak dan gas untuk menyadari pentingnya mengurangi emisi metana dengan menghentikan pembakaran dan kebocoran," ujar Thompson.
Ia menyebut negara-negara yang berkumpul di KTT Metana dapat menjadi teladan dengan mengendalikan emisi metana domestik mereka. "Dalam setahun ke depan, kita harus mempercepat pembahasan agar COP31 dapat mengajukan proposal konkret untuk memulai upaya yang akan mengarah pada perjanjian hukum yang mengikat," kata Thompson.
Ana Toni, CEO COP30, menyoroti konferensi iklim mendatang akan menjadi platform untuk memamerkan solusi yang dapat diskalakan, menunjukkan kepemimpinan negara, dan menggalang dana untuk mitigasi cepat.
“Kekurangan waktu adalah tantangan terbesar kita, dan mengurangi emisi metana adalah solusi kritis yang memberikan hasil tercepat,” katanya. Ia menyerukan kepada komunitas global untuk bertindak bersama dan mengundang peserta untuk terlibat dalam inisiatif berfokus pada metana sepanjang COP30, termasuk pertemuan menteri.
