Pengunjuk Rasa Sempat Bentrok dengan Tim Keamanan COP30

Hari Widowati
13 November 2025, 10:32
COP30, unjuk rasa, masyarakat adat
COP30 Brasil Amazonia/Aline Massuca
Perwakilan masyarakat adat dari seluruh dunia ikut meramaikan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP30 di Kota Belem, Brasil, pada Selasa (11/11).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dan petugas keamanan di perundingan iklim COP30, pada Selasa (11/11) malam, ketika sekelompok warga adat dan non-adat menyerbu pusat konferensi di Belém, Brasil.

Beberapa lusin pria dan wanita, beberapa mengenakan hiasan kepala bulu berwarna cerah, berlari melewati pintu masuk. Mereka mendorong pintu hingga terlepas dari engselnya, sebelum melewati detektor logam dan memasuki Zona Biru.

Para petugas keamanan PBB bergegas menghentikan mereka, sehingga terjadi saling pukul, dorong, dan teriakan. Menurut laporan The Guardian, seorang pria non-adat di area tersebut membawa spanduk bertuliskan "Hutan kami tidak untuk dijual". Yang lainnya mengenakan kaos bertuliskan “Juntos” (Bersama).

Mereka melambaikan spanduk dan meneriakkan yel-yel hingga akhirnya diusir secara paksa. Seorang juru bicara iklim PBB mengatakan dua petugas keamanan mengalami luka ringan, dan terdapat kerusakan ringan di lokasi.

Setelah konfrontasi, para pengunjuk rasa meninggalkan lokasi dan petugas pemadam kebakaran berseragam membentuk barisan untuk memblokir pintu masuk.

Belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas penyusupan tersebut. Namun setidaknya satu pengamat terkesan. "Akhirnya, sesuatu terjadi di sini," kata Juan Carlos Monterrey-Gómez, seorang negosiator iklim asal Panama kepada The Guardian.

Agustin Ocaña, dari Koalisi Pemuda Global, mengatakan kepada Associated Press bahwa beberapa orang yang masuk meneriakkan, "Mereka tidak dapat memutuskan untuk kami, tanpa kami." Pernyataan itu merujuk pada ketegangan atas partisipasi masyarakat adat dalam konferensi tersebut.

Saat petugas keamanan dan pengunjuk rasa bentrok, Ocaña mengatakan ia melihat para pengunjuk rasa dan petugas keamanan saling memukul dengan tempat sampah plastik kecil yang digunakan untuk menyimpan barang-barang di dekat pintu masuk yang aman. Seorang petugas keamanan berdarah karena dipukul di kepala.

Ocaña mengatakan beberapa komunitas pribumi frustrasi menyaksikan sumber daya dikucurkan untuk membangun "kota baru" di Belém. Padahal, pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, dan perlindungan hutan di tempat lain justru dibutuhkan.

"Mereka melakukan ini bukan karena mereka orang jahat. Mereka putus asa, berusaha melindungi tanah mereka, sungai (Amazon)," ujarnya.

Juru bicara PBB mengatakan personel keamanan Brasil dan PBB telah mengambil tindakan perlindungan untuk mengamankan lokasi, mengikuti semua protokol keamanan yang ditetapkan, dan menyelidiki insiden tersebut. "Lokasi telah diamankan sepenuhnya dan negosiasi dengan Polisi terus berlanjut," kata juru bicara PBB.

Masyarakat adat di COP30
Masyarakat adat di COP30 (COP30 Brasil Amazonia/Aline Massuca)

Brasil Dorong Keikutsertaan Masyarakat Sipil

Berbeda dengan tiga COP sebelumnya, yang diselenggarakan di negara-negara dengan tingkat pemerintahan otoriter yang bervariasi, tuan rumah Brasil secara aktif mendorong masyarakat sipil dan demonstrasi jalanan untuk berperan dalam konferensi ini.

Kelompok masyarakat adat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) telah terlihat di dalam dan di luar lokasi, membantu menyeimbangkan pasukan pelobi yang mendominasi pertemuan iklim baru-baru ini. Sebuah "KTT rakyat" (People Summit) akan diadakan pada hari Kamis (13/11) dan Jumat (14/11). Demonstrasi pemuda global akan berlangsung pada hari Jumat (14/11), dengan demonstrasi terbesar dijadwalkan pada hari Sabtu (15/11).

Jumlah aktivis telah bertambah selama seminggu terakhir dan telah mengorganisir hingga empat acara sehari, yang semuanya berlangsung damai hingga saat ini. Pada Selasa (11/11), terjadi protes oleh kolektif feminis, pendukung pro-Palestina, dan kelompok kesehatan dan lingkungan.

Lebih banyak aktivis akan tiba dalam armada yang diperkirakan berjumlah sekitar 100 kapal, dipimpin oleh dua pemimpin masyarakat adat hutan hujan Amazon yang paling dihormati, Raoni Metuktire dan Davi Kopenawa Yanomami.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...