Prasasti: Ada Potensi Ekonomi Besar di Balik Pengelolaan Sampah
Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) menilai persoalan sampah bukan lagi sekadar isu kebersihan melainkan telah memasuki ranah ekonomi, kesehatan publik, dan keberlanjutan lingkungan. Namun, Prasasti melihat ada peluang ekonomi yang luar biasa jika krisis sampah bisa dikelola dengan baik.
Hal ini disampaikan Gundy Cahyadi, Research Director Prasasti Center for Policy Studies, dalam diskusi Building a Circular Future yang diselenggarakan oleh PT TBS Energi Utama Tbk.
Gundy mengatakan, sekitar 40% sampah nasional belum dikelola dengan baik. “Lebih dari 80% di antaranya berakhir di pembakaran terbuka atau open dumping landfill. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan polusi tetapi juga menjadi ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat dan iklim,” kata Gundy, di Jakarta, Jumat (14/11).
Kondisi tersebut sejalan dengan temuan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024 yang mencatat total sampah di Indonesia telah mencapai 34 juta ton. “Kalau diilustrasikan, jumlah tersebut setara dengan rangkaian gerbong kereta api yang membentang dari Sabang hingga Merauke,” ucap Gundy.
Gundy menyebut ada tiga penyebab utama di balik krisis sampah di Indonesia. Pertama, pertumbuhan penduduk yang pesat sehingga otomatis meningkatkan volume sampah rumah tangga. Kedua, perubahan pola konsumsi masyarakat menuju gaya hidup yang semakin didorong oleh konsumsi. Hal itu ditandai dengan meningkatnya penggunaan kemasan sekali pakai serta layanan makanan instan dan jasa pengantaran makanan (food delivery). Ketiga, keterbatasan infrastruktur dan sistem pengelolaan sampah yang hingga kini masih bersifat “tambal sulam”.
“Regulasi sebenarnya sudah ada, tapi implementasinya sering berhenti di tengah jalan. Banyak daerah bahkan belum memiliki sistem pengelolaan yang solid,” jelas Gundy. Ia juga menyoroti ketimpangan layanan pengumpulan sampah, minimnya investasi sektor lingkungan, serta lemahnya penegakan hukum sebagai faktor penghambat utama.
Potensi Ekonomi Pengelolaan Sampah
Meski demikian, Prasasti melihat ada peluang ekonomi besar di balik krisis tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pelaku usaha dan investor yang mulai melirik sektor pengelolaan sampah sebagai bisnis berkelanjutan dan sumber penciptaan lapangan kerja hijau (green jobs). Menurut Gundy, apabila mendapatkan solusi yang baik, krisis sampah bisa menjadi berkah.
“Tantangan geografis Indonesia memang kompleks mulai dari logistik hingga biaya tinggi tapi potensi ekonominya juga luar biasa. Pengelolaan sampah bisa menjadi pintu masuk menuju ekonomi sirkular dan transisi hijau,” kata Gundy.
Prasasti menilai, solusi jangka panjang hanya bisa tercapai jika ada sinergi lintas sektor antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil. Pendekatan berbasis kolaborasi, inovasi teknologi, serta investasi pada rantai nilai daur ulang menjadi kunci agar Indonesia bisa mengubah narasi “krisis” menjadi “kesempatan.”
“Kalau ketiganya dapat bersinergi, tumpukan masalah ini bisa kita ubah menjadi tumpukan peluang. Sudah saatnya Indonesia dikenal bukan karena sampahnya, tapi karena solusinya,” ujar Gundy.
