Komitmen ESG Dinilai Bisa Dorong Pembiayaan Hijau Perbankan
Perusahaan seringkali menganggap penting prinsip environmental, social, and governance (ESG) ketika telah memberikan keuntungan secara bisnis. Meskipun tak bisa dipukul rata untuk semua perusahaan, alasan ini lazim ditemukan.
“Duitnya di mana? Kalau enggak ada duitnya ngapain kita keluarin (uang),” kata Konsultan ESG Maria Nindita, saat menggambarkan sudut pandang perusahaan dalam diskusi Katadata ESG Index 2025, di Jakarta, Selasa (18/11).
Menurut Nita, sapaan akrab Maria Nindita, hal ini justru memberi peluang bagi perbankan untuk menggencarkan pembiayaan hijau. Apalagi, ada dorongan dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar perbankan menyalurkan kredit ini. Manfaat pembiayaan hijau, di antaranya adalah bunga yang rendah bagi debitur.
ESG Group Bank Mandiri, Aufar Requezo, menyatakan butuh waktu dan perjalanan untuk mencapai kesadaran perusahaan dalam implementasi ESG.
“Agak susah kalau kita bergerak sendirian, memang tugas dan tanggung jawab ESG ini harus dibuat ekosistem agar semuanya bergerak,” ujar Aufar.
Meskipun begitu, Aufar berkata tren positif pembiayaan hijau Bank Mandiri terus tumbuh dalam beberapa waktu ke belakang. Komitmen ESG menurut Aufar, juga sangat membantu kinerja perbankan.
Pemberian kredit pembiayaan hijau harus melalui sejumlah syarat dan ketentuan. Salah satunya dibahas dalam Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan Indonesia yang disusun oleh OJK.
Banyaknya ketentuan ini cukup menahan aliran kredit hijau. Namun, Nita menegaskan bahwa ketentuan-ketentuan ini merupakan upaya untuk menghindari overclaim atau greenwashing sehingga pembiayaan hijau yang disalurkan dapat dipertanggungjawabkan.
