Isi Perut Bangkai Buaya 585 Kg yang Dibawa ke Jakarta: Plastik hingga Tabung TV
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan atau DPKP Inderagiri Hilir, Provinsi Riau, mengirim bangkai buaya besar dengan berat 585 kilogram dan panjang 5,7 meter ke lembaga konservasi di Jakarta untuk diawetkan.
Kepala DPKP Inderagiri Hilir Junaidi mengatakan lembaga itu berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
"Pengiriman bangkai buaya itu atas permintaan lembaga untuk preparasi dan diawetkan," kata Junaidi di Tembilahan, Minggu (23/11).
Bangkai buaya besar tersebut dibawa menggunakan mobil boks pendingin agar tidak terjadi pembusukan. Bangkai buaya yang sudah dibungkus plastik tersebut dibawa pada Jumat (21/11) pukul 21.00 WIB.
Junaidi mengatakan, sebelum bangkai buaya yang diberi nama 'si undan' itu di bawa ke Jakarta, personel DPKP Inhil terlebih dahulu mengeluarkan isi perutnya. "Ternyata isinya mengejutkan mulai dari plastik, elektronik hingga benda tajam," ujar dia.
Menurut dia, isinya yakni 20 kantong plastik, karung goni, tutup minuman kemasan, pisau kecil lengkap dengan gagangnya, dan mata tombak. Bahkan, ada juga pecahan tabung televisi lama.
Semua benda yang ditemukan di perut buaya tersebut masih utuh. Namun, tidak ada satu pun tulang belulang hewan atau manusia.
"Kemungkinan benda-benda yang tidak bisa dicerna itu penyebab buaya tersebut mati. Bayangkan saja plastik ada 20 kantong, serta karung goni, pisau, mata tombak, dan tabung televisi," kata Junaidi.
Sebelumnya buaya dari Sungai Undan, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir ditangkap warga beramai-ramai pada 1 November . Sehari kemudian hewan reptil super jumbo ini dievakuasi menggunakan mobil kabin ganda melalui jalur darat selama sembilan jam.
Buaya ditempatkan di penangkaran sementara di kawasan DPKP Jalan SKB, Tembilahan. Namun si Undan mati pada Jumat (21/11), setelah personel melakukan observasi pada Kamis (20/11) lantaran ada infeksi akibat luka lecet di kedua kaki dan tangan buaya.
"Kematian buaya dilaporkan setelah personel kita melakukan observasi tadi. Karena tak ada tanda-tanda bergerak, lalu dilakukan pengecekan ternyata sudah mati," kata Junaidi di Tembilahan, Jumat (21/11).
Selain itu, selama 20 hari di tempat penangkaran, buaya tersebut juga tidak mau makan meski sudah diberi makanan.
