Penggemar Kpop Desak Hana Bank Hentikan Pembiayaan Nikel Bertenaga Batu Bara
KPOP4PLANET dan para penggemar BigBang G-Dragon Indonesia mengirimkan surat terbuka untuk mendesak Hana Bank berhenti mendanai proyek nikel yang ditenagai pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Pulau Obi, Maluku Utara.
Dalam pernyataan resminya, KPOP4PLANETmenyebut desakan ini berlatar belakang pendanaan yang diberikan Hana Bank kepada anak usaha Harita Nickel yang masih bergantung pada batu bara dalam operasinya.
Surat terbuka tersebut merupakan bagian dari kampanye KPOP4PLANET “Hana, Bring K-pop Not Coal”. Kampanye ini dipimpin oleh penggemar Kpop di Indonesia, terutama FAM dan VIP di mana idola mereka G-Dragon BigBang adalah brand ambassador terbaru Hana Financial Group, induk perusahaan Hana Bank.
“Banyak penggemar yang senang saat Hana Bank memilih idola kami sebagai brand ambassador, tetapi kami justru belum melihat kolaborasi ini di Indonesia,” kata Nurul Sarifah, Juru Kampanye KPOP4PLANET Indonesia, dalam siaran pers, Selasa (9/12).
“Sebaliknya, Hana justru membiayai proyek-proyek yang merusak dan membahayakan komunitas lokal dan lingkungan kami. Oleh sebab itu, penggemar mendorong Hana untuk membawa Kpop ke Indonesia, bukan pembiayaan batu bara,” ujarnya.
Laporan Recourse pada 2024 mengungkapkan, PT Korea Exchange Bank (KEB) Hana Bank Indonesia, bersama DBS, UOB, dan perbankan lainnya, menyediakan pinjaman total US$ 530 juta kepada PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), anak perusahaan dari Harita Nickel di Pulau Obi, pada 2022.
Laporan Market Forces menyebutkan sejak 2018, Hana Bank telah mengucurkan pembiayaan US$84 juta ke Grup Harita. Padahal, Hana Financial Group telah mengumumkan akan menghentikan pembiayaan untuk proyek terkait pembangunan PLTU batu bara di dalam dan luar negeri pada 2021.
Mengacu Laporan Keberlanjutan Harita Nickel 2024, emisi perusahaan tercatat sebesar 10,87 juta ton setara CO2 per tahun. Menurut laporan Market Forces, angka ini setara hampir 1% dari total emisi Indonesia pada 2023 atau sama dengan emisi dari 2,36 juta mobil berbahan bakar gas yang dikendarai selama satu tahun.
Tak hanya itu, operasi nikel dilaporkan membahayakan komunitas lokal, lingkungan, dan keanekaragaman hayati Pulau Obi. Mengacu Laporan Climate Rights International 2025, operasi nikel di Pulau Obi berimbas pada hak masyarakat atas lahan mereka dan relokasi yang dipaksakan dan tidak layak ke EcoVillage.
Yang terbaru, laporan Gecko Project menemukan kandungan metal berat pada level berbahaya dalam ikan hasil tangkapan di perairan sekitar proyek nikel, yang menimbulkan risiko kesehatan, terutama pada anak-anak.
Pembiayaan Batu Bara Memperburuk Krisis Iklim
Juru Kampanye Keuangan Energi Indonesia Market Forces, Ginanjar Ariyasuta, mengatakan pembiayaan KEB Hana ke Grup Harita memperburuk krisis iklim karena mendukung pembangunan 2,1 gigawatt (GW) PLTU khusus industri (captive). International Energy Agency (IEA) telah memperingatkan agar PLTU batu bara dihentikan demi menyelamatkan ekonomi dan masa depan.
“Karenanya, kami mendesak Hana Bank untuk berhenti membiayai perusahaan yang pembangunan PLTU captive, termasuk Grup Harita yang bergantung pada bahan bakar fosil dalam operasi pengolahan nikelnya,” kata Ginanjar.
Hana Bank populer di kalangan anak muda Indonesia melalui bank digital mereka Line Bank, yang memiliki lebih dari 1,2 juta nasabah pada 2024.
Bank ini dikenal oleh penggemar lantaran induk usahanya Hana Financial Group, menunjuk sejumlah idola K-pop sebagai brand ambassador, seperti G-Dragon dan Ahn Yujin dari IVE.
Merespons keterlibatan bank ini dalam operasi nikel yang merusak, tujuh basis penggemar telah menandatangani surat terbuka yang akan dikirim ke kantor pusat Hana Bank di Seoul oleh KPOP4PLANET. Lebih dari 161 ribu penggemar lainnya yang tergabung sebagai pengikut mendukung aksi daring di Instagram dan X untuk menandai massal akun Hana Bank Korea dan menuntut pertanggungjawaban mereka.
Katadata.co.id berusaha menghubungi juru bicara Harita Nickel untuk mendapatkan tanggapan resmi perusahaan mengenai surat terbuka ini. Namun hingga berita ini diturunkan, perusahaan belum mengeluarkan pernyataan atau tanggapan.
Berdasarkan Laporan Keberlanjutan Harita Nickel 2024, Presiden Direktur Harita Nikel Roy Arman Arfandy mengatakan, perusahaan beroperasi di pasar internasional yang beroperasi ketat, sehingga menuntut kepatuhan penuh terhadap standar keberlanjutan dan ESG global.
"Kami menerapkan nilai-nilai keberlanjutan di setiap aspek usaha, memastikan kegiatan operasional tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat, tetapi juga mempertahankan stabilitas finansial," kata Roy dalam laporan tersebut.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu fokus dalam operasional perusahaan. Dalam mengelola limbah, Harita mengembangkan proyek percontohan ekstraksi besi dari nikel tailing dengan memanfaatkan teknologi pengolahan tailing.
Harita Nickel juga mengembangkan inisiatif dekarbonisasi untuk mengurangi emisi dan meningkatkan penggunaan energi berkelanjutan dalam kegiatan operasional.
"Selain pengelolaan emisi, kami melakukan konservasi keanekaragaman hayati yang menjadi bagian utama dari strategi lingkungan. Di Pulau Obi, tim spesialis kelautan yang bersertifikasi secara rutin memantau kesehatan terumbu karang dan suhu air laut guna meminimalkan dampak negatif ekologis."
Di darat, perusahaan juga melakukan reklamasi dan revegetasi yang dirancang untuk mengembalikan fungsi tutupan lahan sesuai peruntukannya.
