Belantara Foundation Gelar Pendataan Biodiversitas di Tebet Eco Park
Belantara Foundation berkolaborasi dengan Gaia Indonesia, Himpunan Mahasiswa Biologi Helianthus FMIPA, dan Wapalapa Universitas Pakuan menyelenggarakan Belantara Biodiversity Class bagi generasi muda, di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, pada Sabtu (20/12). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mendata dan mengidentifikasi biodiversitas yang meliputi satwa burung, amfibi, dan reptil di kawasan perkotaan.
Belantara Biodiversity Class ingin meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda, akan pentingnya menjaga dan melestarikan biodiversitas yang ada di sekitar mereka.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna, mengatakan Tebet Eco Park dipilih menjadi lokasi kegiatan karena merupakan taman kota seluas 7,3 hektare yang memiliki potensi menjadi habitat berbagai jenis fauna burung serta amfibi dan reptil. Selain itu, taman kota yang telah direvitalisasi pada tahun 2021 itu lokasinya sangat strategis serta memiliki fasilitas yang cocok untuk kegiatan edukasi dan penyadartahuan.
Dua kawasan taman yang awalnya terpisah dan berseberangan – Taman Tebet Utara dan Taman Tebet Selatan - kini telah menjadi satu taman terpadu yang mengusung konsep harmonisasi antara fungsi ekologi, sosial, edukasi dan rekreasi.
“Oleh karenanya, amat penting dilakukan pendataan potensi biodiversitas seperti jenis-jenis burung, amfibi dan reptil sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut” ujar Dolly, yang juga merupakan pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.
Taman Kota Jadi Laboratorium Alam
Dolly, yang juga anggota Commission on Ecosystem Management IUCN, menambahkan keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Tebet Eco Park ini dapat menjadi laboratorium alam, tempat menimba ilmu bagi pelajar khususnya bidang biologi. Selain itu, keberadaan satwa liar ini juga sangat membantu dalam mendukung terjadinya keseimbangan ekosistem di area taman kota tersebut.
Berdasarkan Dokumen Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Provinsi DKI Jakarta Tahun 2025-2029, setidaknya terdapat 25 jenis burung, dua jenis amfibi, dan tiga jenis reptil yang berhasil dijumpai di Tebet Eco Park. Data tersebut perlu dilakukan pemutakhiran setiap waktu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan terhadap keberadaan jumlah masing-masing jenis.
Satwa liar seperti burung, amfibi dan reptil memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem. Misalnya, burung dapat membantu dalam penyebaran biji (seeds dispersal). Amfibi dan reptil berperan penting sebagai pengendali hama alami (serangga hama dan tikus). Selain itu, burung, amfibi dan reptil dapat menjadi indikator baik atau tidaknya kualitas lingkungan (bioindikator) dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Seiring pesatnya pembangunan, burung, amfibi dan reptil menghadapi tantangan dan ancaman seperti kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan secara ilegal, pencemaran lingkungan, perubahan iklim global, serta kerusakan ekosistem yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitat mereka.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan Tebet Eco Park, diidentifikasi 20 jenis burung, satu jenis amfibi, dan delapan jenis reptil. Dari 20 jenis burung yang berhasil diidentifikasi, terdapat satu jenis burung, yaitu burung betet biasa (Psittacula alexandri) yang masuk ke dalam kategori burung yang dilindungi.
Berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), terdapat dua jenis burung, yaitu burung betet biasa (Psittacula alexandri) yang berstatus hampir terancam punah dan burung kerak kerbau (Acridotheres javanicus)yang berstatus rentan terhadap kepunahan.
Kegiatan ini dihadiri oleh 70 siswa yang berasal dari 30 Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat dari Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang.

