Desember 2020, PLN Buka Lelang Konversi PLTD ke Energi Terbarukan
PLN akan mengonversi pembangkit listrik tenaga diesel atau PLTD menjadi berbasis energi baru terbarukan alias EBT. Proses lelang untuk tahap pertama akan berlangsung pada Desember nanti untuk PLTD di 200 lokasi.
Direktur Mega Proyek PLN Ikhsan Asaad mengatakan butuh setahun untuk mulai pembangunan ke energi terbarukan. “Secara waktu, cukup challenging,” katanya dalam diskusi virtual, Senin (2/11).
Sebagai langkah awal, perusahaan setrum negara itu akan fokus mengganti PLTD yang usianya sudah lebih dari 15 tahun. Total kapasitasnya mencapai 225 megawatt.
Untuk program konversi tahap kedua dan ketiga, masing-masing kapasitasnya mencapai 500 megawatt dan 1.300 megawatt. Total sekitar 5.200 unit PLTD yang terpasang di wilayah Indonesia dan tersebar di 2.130 lokasi akan bertenaga energi terbarukan.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan langkah tersebut sebagai upaya perusahaan untuk mencapai target bauran energi pemerintah sebesar 23% di 2025. “Konversi PLTD ini merupakan bagian dari upaya PLN mengeksplorasi sumber energi ramah lingkungan,” ujarnya.
Perkiraan anggaran untuk program tersebut cukup besar, lebih dari Rp 100 triliun. "Belum bisa saya sampaikan. Tapi perkiraan saya kira-kira Rp 100 triliun lebih," kata Ikhsan.
PLN berencana akan menggandeng Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk pendanaan proyek. Saat ini, ia mengakui, cukup mudah mendapatkan dana untuk pembangkit EBT ketimbang energi fosil.
Realisasi Bauran Pembangkit Listrik Masih Rendah
Pada 2020, bauran energi pembangkit listrik dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) terdiri dari 62,72% batu bara, 21,82% gas, 6,23% air, 4,94% panas bumi, 3,95% bahan bakar minyak dan nabati, serta 0,34% EBT lainnya. Realisasinya hingga paruh pertama tahun ini tampak dari grafik Databoks berikut.
Kapasitas pembangkit listrik di Indonesia hingga Juni 2020 mencapai 70.964 megawatt. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mendominasi kapasitas pembangkit di Indonesia sejak 2008.
Pada Juni 2020, pembangkit bertenaga batu bara tersebut telah menghasilkan 35.220 megawatt atau 50% dari total kapasitas. Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) menyusul dengan 20.537 megawatt.
Persebaran pemasangan pembangkitnya saat ini terpusat di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Totalnya mencapai 44.800 megawatt atau 63% dari keseluruhan kapasitas.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan untuk pembangkit meningkat menjadi sebesar 23,2% pada 2028 atau dua kali lipat dari 11,4% pada 2019.
Sementara bauran energi pembangkit listrik dari batu bara turun menjadi 54,45% pada 2028 dari 62,7% pada 2019. Demikian pula bauran energi Bahan Bakar Minyak (BBM) turun menjadi 0,4% dari sebelumnya 4% tahun ini.