Pembangkit Tenaga Angin Bakal Catat Rekor Pertumbuhan Tertinggi
Energi angin bakal mencatat rekor pertumbuhan global dalam lima tahun ke depan. Dewan Energi Angin Global atau GWEC menyebut dampak pandemi Covid-19 hanya menunda beberapa proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), tapi tidak membatalkannya.
Banyak pembangunan akan mulai berjalan lagi tahun depan. “Kapasitas baru yang akan terpasang mencapai 78 gigawatt,” kata laporan GWEC, Kamis (5/11/), dikutip dari Retuers.
Total kapasitas PLTB baru pada akhir 2024 bakal mencapai 348 gigawatt (GW). Dengan begitu, secara kumulatif energi angin akan menghasilkan seribu gigawatt listrik. Lebih dari 50% pembangkit listrik tenaga angin itu berada di darat alias onshore.
GWEC mencatat, biaya energi angin telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Penurunannya seiring kebijakan banyak negara untuk menekan emisi karbon. Investasi untuk melakukan transisi energi fosil ke energi terbarukan pun meningkat.
PLTB Offshore Dapat Dorong Investasi Hijau
Dalam situs resminya, GWEC menyebut PLTB lepas pantai atau offshore berpotensi mendorong investasi hijau global. Dibandingkan bahan bakar lain, pembangkit ini tidak terlalu terpengaruh pandemi. Pertumbuhannya cenderung naik dan 900 ribu pekerjaan akan tercipta dari industri tersebut dalam satu dekade ke depan.
Kapasitas PLTB offshore diperkirakan bakal mencapai 234 gigawatt pada 2030. Pasar Asia-Pasifik akan menjadi pemimpin dunia. Angka itu naik 15 gigawatt dari perkiraan GWEC Market Intelligence sebelum Covid-19 muncul.
Inovasi teknologi menjadi kunci pertumbuhan pembangkit listrik tersebut. Terutama terkait efisiensi dan ketahanan teknologi turbin untuk membuka peluang pasar PLTD dan dekarbonisasi di sektor energi.
Tiongkok Pimpin Pasar Energi Terbarukan
Pada 2019, pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai sempat mencatat rekor dengan kapasitas baru terpasang mencapai 6,1 gigawatt. Angka ini menambah total kumulatif secara global menjadi 29,1 gigawatt.
Tiongkok berada di posisi puncak selama dua tahun berturut-turut sebagai negara terbesar pemilik PLTB offshore. Tahun lalu hampir 40% total PLTB baru terpasang berada di Negeri Manufaktur.
Beijing saat ini gencar mengerjakan proyek energi terbarukan. Presiden Xi Jinping pada September lalu mengatakan negaranya akan bebas karbon pada 2060.
Beberapa proyek energi sedang dibangun, seiring cairnya stimulus pemerintah di tengah pandemi. Situs Nasdaq menuliskan kapitalisasi pasar LONGi Green Energy Technology, perusahaan tenaga surya terbesar di dunia asal Tiongkok, baru-baru ini naik melebihi produsen migas terbesar negara itu, CNOOC.
Hal ini tidak hanya menunjukkan perubahan signifikan tren sektor energi tapi harga tembaga. Harganya kemarin sempat menembus US$ 7 ribu, level tertinggi sejak Juni 2018. Nasdaq memperkirakan minat Tiongkok terhadap komoditas logam akan naik. Impor tembaga ke negara ini menyentuh level tertinggi di 762.210 ton pada Juli lalu.