Rekor Baru, Kapasitas Pembangkit Listrik EBT Dunia Tambah 280 GW

Happy Fajrian
12 Mei 2021, 15:05
pembangkit listrik, energi baru terbarukan
123rf.com
Pembangkit listrik tenaga surya dan angin.

Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan bahwa kapasitas listrik dari pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) bertambah 280 gigawatt sepanjang 2020. Tambahan tersebut merupakan yang tertinggi dalam dua dekade terakhir seiring upaya dunia beralih dari energi fosil untuk menangkal perubahan iklim.

IEA menyebutkan pertumbuhan ini salah satunya didorong kebijakan energi Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) yang kencang dalam membangun pembangkit listrik energi terbarukan meski di tengah kondisi pandemi Covid-19

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, penambahan listrik dari energi terbarukan tersebut mayoritas berasal dari pembangkit listrik tenaga surya dan angin.

“Tahun lalu peningkatan kapasitas listrik terbarukan menyumbang 90% dari ekspansi kelistrikan global,” ujar Birol seperti dikutip dari CNBC International pada Rabu (12/5).

Lembaga yang berbasis di Paris, Perancis, ini memprediksi tambahan kapasitas listrik dari pembangkit energi terbarukan akan terus meningkat, yakni 270 GW pada 2021, kemudian meningkat menjadi 280 GW pada 2022.

Dalam laporan Outlook Energi Dunia tahunan yang dirilis pada November tahun lalu, IEA mengatakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan mendominasi. Hal ini karena penurunan harga PLTS sehingga lebih murah dibandingkan pembangkit listrik baru dari tenaga uap (PLTU/batubara) atau gas.

IEA yakin instalasi PLTS akan terus memecahkan rekor, dan memperkirakan lebih dari 160 GW kapasitas PLTS dipasang setiap tahun hingga 2022 atau 50% lebih tinggi dibandingkan instalasi PLTS sepanjang 2019, atau sebelum pandemi.

Proyek skala kecil diprediksi akan mendominasi pemasangan PLTS baru yang porsinya diprediksi naik dari sekitar 55% dari instalasi PLTS baru tahunan, menjadi 70% pada 2022.

“Pembangkit listrik tenaga air dan surya memberikan alasan untuk lebih optimistis dalam mencapai tujuan iklim seiring kapasitas baru terpasangnya yang terus memecahkan rekor tertinggi,” kata Birol.

Penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin secara global melonjak lebih dari 90% pada 2020 hingga mencapai 114 GW. Meski demikian IEA memperkirakan perlambatan pertumbuhan selama 2021 dan 2022.

Pasalnya pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan di Tiongkok diproyeksi akan turun di bawah level 2020. Sementara di AS, beberapa pengembang mempercepat jadwal proyeknya agar bisa mendapatkan insentif pajak yang berakhir pada Desember 2020.

Insentif tersebut akhirnya diperpanjang oleh mantan presiden Donald Trump pada bulan Desember, dan Presiden Joe Biden telah mengungkapkan rencana tambahan untuk memperpanjang durasinya.

Paket infrastruktur Biden yang baru-baru ini diluncurkan mengalokasikan lebih dari US$ 600 miliar atau lebih dari Rp 8.500 triliun untuk pengeluaran energi bersih, termasuk US$ 100 miliar (Rp 1.419 triliun) untuk jaringan listrik dan US$ 174 miliar (Rp 2.470 triliun) untuk memacu pengembangan dan peluncuran kendaraan listrik.

Perkiraan IEA tidak memperhitungkan potensi tagihan infrastruktur atau target pengurangan emisi yang diumumkan baru-baru ini oleh pemerintah AS. "Jika diberlakukan, RUU itu akan mendorong percepatan yang jauh lebih kuat dalam penggunaan energi terbarukan setelah 2022," tulis laporan IEA.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...